Kamis, 02 Agustus 2018

GLULIPED: The Best Solution Against Diabetes



Salah satu diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang adalah DIABETES. Istilah diabetes melitus dipergunakan untuk menggambarkan adanya kencing yang terasa manis yang merupakan tanda khas penyakit ini. Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitatos karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan pada tubuhnya seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun. Perubahan pola penyakit itu diduga ada hubungannya dengan  cara hidup yang berubah. Pola makan di kota-kota telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak vitamin dan serat dari sayuran ke pola makan kebarat-baratan dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung lemak, gula, garam, namun sedikit serat.
Klasifikasi diabetes melitus yang dianjurkan adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes melitus WHO 1985. Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa tipe yaitu:
  1. Diabetes mellitus tipe I (Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)); tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan oleh keturunan.
  2. Diabetes mellitus tipe II (Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)); terbagi dua yaitu: Non obesitas dan Obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko yang penting untuk timbulnya diabetes. Obesitas disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel β pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
  3. Diabetes melitus tipe lain 

a)       Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/ zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
b)      Gestasional (diabetes kehamilan) adalah diabetes yang timbul selama kehamilan.  Intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.        


Kerja Insulin dan Glukagon

Pada DM Tipe II, terjadi penurunan sekresi insulin oleh hormon inkretin. Inkretin adalah hormon alami tubuh yang bertugas untuk memberi signal agar insulin dilepaskan setelah makan. Ada 2 jenis hormon inkretin yaitu GLP-1 (Glucagon Like Peptide) dan GIP (Glucose Dependent Insulinotropic Polypeptide/ Gastric Inhibitory Polypeptide). Kedua hormon tersebut dipecah oleh enzim yang bernama DPP-IV (Dypeptil Peptidase-IV). Jadi untuk meningkatkan kadar insulin maka otomatis diperlukan penghambatan terhadap enzim DPP-IV sehingga kadar glukagon menurun dan kadar gula darah menjadi normal. Penghambatan pada enzim DPP-IV dapat mencegah inaktifasi GLP-1 dan GIP di sirkulasi darah, sehingga GIP dan GPL-1 akan bereaksi dengan sel β pakreas untuk meningkatkan biosintesis dan sekresi insulin. Jadi, penghambatan terhadap enzim DPP-IV meningkatkan sekresi insulin pada penderita DM dengan cara menghambat degradasi hormon inkretin dan memelihara fungsi pankreas.
 
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl):


BUKAN DM
BELUM PASTI DM
DM
Kadar Glukosa Darah Sewaktu



Plasma Vena
< 100
100 – 200
> 200
Darah Kapiler
< 80
80 – 200
> 200
Kadar Glukosa Darah



Plasma Vena
< 110
110 – 120
> 126
Darah Kapiler
< 90
90 – 100
> 100

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan sebagai individu yang mengalirkan volume urin yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin. Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia; suatu kadar gula darah yang tingginya sudah membahayakan. Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf dan lain-lain. Fakta menunjukkan bahwa di seluruh dunia setiap 30 detik, ada 1 kaki yang dipotong (amputasi) akibat penyakit diabetes dan dalam 1 tahun lebih dari 1 juta amputasi terpaksa dilakukan.

Komplikasi diabetes

 Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus sudah mencakup sekitar 197 juta jiwa dengan angka kematian sekitar 3,2 juta orang. WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi sekitar 366 juta orang pada tahun 2030. Penyumbang besar pada peningkatan angka tadi adalah dari negara-negara berkembang dengan kenaikan penderita diabetes mellitus 150 %. WHO menyatakan penderita diabetes mellitus di Indonesia adalah 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Tingginya angka kematian tersebut menjadikan Indonesia menduduki ranking ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina (Data Depkes RI, 2004). Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Hal yang mengejutkan adalah biaya pengeluaran untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes dilaporkan mencapai ratusan juta dolar per tahunnya di seluruh dunia. Sayangnya banyaknya biaya tidak memberikan timbal balik yang diharapkan berupa kesembuhan ‘tuntas’ bagi pasien diabetes. Biaya pengobatan yang besar dikarenakan penderita diabetes divonis harus mengkonsumsi obat terus-menerus seumur hidupnya demi untuk ‘bertahan hidup’ atau untuk sekedar ‘mengurangi’ gejala yang ditimbulkan akibat diabetes. Konsumsi obat-obatan kimia terus-menerus tentu saja memberikan dampak efek samping negatif bagi tubuh, alih-alih sembuh, pasien justru mengalami ketergantungan terhadap obat-obatan tersebut. Obat-obatan kimia tidak pernah betul-betul menyelesaikan masalah diabetes. Diabetes diklaim sebagai penyakit yang tidak bisa sembuh sehingga menjadi momok menakutkan bagi siapa saja yang telah didiagnosa  medis menderita penyakit ini. Kabar baiknya bahwa stigma ini akhirnya kini telah terpatahkan dengan hadirnya sebuah inovasi dalam dunia kesehatan berupa penemuan produk obat diabetes terbaru dengan nama paten Gluliped yang mengandung kombinasi tiga ekstrak herbal (Daun Insulin, Pete Cina dan Pulutan). Ketiga ekstrak tersebut telah terbukti melalui banyak jurnal penelitian sangat ampuh untuk mengatasi diabetes. Gluliped bekerja langsung pada akar masalah penyebab diabetes yaitu memperbaiki kembali kerja organ pankreas sebagai penghasil insulin dengan mengembalikan sensitifitas insulin.
Gluliped mengandung kombinasi tiga ekstrak herbal (Daun Insulin, Pete Cina dan Pulutan dengan perbandingan 50 : 40 : 10). Ketiga ekstrak tersebut terbukti melalui banyak jurnal penelitian sangat ampuh untuk mengatasi diabetes. Gluliped bekerja langsung pada akar masalah penyebab diabetes yaitu memperbaiki kembali kerja organ pankreas sebagai penghasil insulin dengan mengembalikan sensitifitas insulin. Berikut penjelasan dari masing-masing komposisi Gluliped:
 
Daun Insulin (Tithonia diversifolia)



Tanaman daun insulin memiliki nama ilmiah Tithonia diversifolia, dikenal juga dengan nama yacon. Tanaman ini berasal dari Meksiko. Nama lokal untuk tanaman ini yaitu rondo semoyo, kembang bulan, kayu paik, kipait dan harsaga. Sebagian masyarakat menyebutnya tanaman paitan karena tangan akan terasa pahit jika memegang daun tanaman ini. Tanaman ini jarang sekali dibudidayakan dengan sengaja melainkan hanya digunakan sebagai tanaman pagar. Tanaman ini juga banyak tumbuh liar di pinggir sungai atau pekarangan. Tanaman ini masih merupakan keluarga bunga matahari yang tumbuh di tempat hangat dengan ketinggian hingga 3200 meter, memiliki ciri berdaun menjari, batang berkayu dengan tinggi 1 meter dan memiliki bunga berwarna kuning menyerupai bunga matahari. Kebanyakan orang menanam daun insulin di halaman rumah merupakan keluarga penderita diabetes. Di luar negri tanaman ini populer dengan sebutan Mexican Sunflower dan biasa digunakan sebagai antidiabetes dan anti virus oleh masyarakat Taiwan. Tanaman daun insulin memiliki berat rata-rata 500 gram. Di Indonesia sendiri tanaman ini belum cukup banyak dikenal orang, baru dikenal di negara kita sekitar 2 – 3 tahun yang lalu. Tanaman daun insulin banyak di budidayakan di daerah dataran tinggi salah satunya Wonosobo. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah berkisar antara 24-30º C. Tanaman daun insulin dapat hidup di berbagai macam kondisi tanah, namun pada tanah dengan irigrasi yang baik tanaman ini dapat tumbuh dengan lebih baik. Pada kondisi pH yang asam sampai dengan basa lemah tanaman ini dapat tumbuh.
Daun yacon lebih dikenal sebagai daun insulin, karena daun yacon mengandung protein, karbohidrat dan lemak serta  mengandung gula-gula fruktosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat difermentasi oleh usus besar. Fruktosa adalah gula sederhana yang memberikan rasa manis, terdapat pada makanan alami seperti buah-buahan, madu, sayuran dan biji-bijian. Sumber utama fruktosa adalah sukrosa, yang merupakan derivat gula tebu dan gula bit. Menurut hasil penelitian konsumsi fruktosa yang terdapat dalam bahan alami tidak membahayakan kesehatan dan belum ada penelitian yang menunjukkan terjadi peningkatan berat badan yang signifikan pada individu yang mengonsumsi buah-buahan berlebihan. Daun tanaman yacon juga telah diketahui mengandung komponen phenol. Komponen ini seperti chlorogenic, caffeic dan feluric. Peningkatan sekresi insulin dan peningkatan sensitifitas reseptor insulin dapat memperbaiki sel β pankreas pada pasien diabetes mellitus. Daun insulin  juga mengandung protein, lipid, serat dan sakarida, catechone, terpenes dan flavonoid. Daun tersebut memiliki efek seperti insulin, yaitu menurunkan produksi glukosa di hepatosit.
Kandungan fructooligosacarida, flavonoid, smallanthaditerpenic acid, octadecatrienoic acid dan Smallanthaditepenic acid A, B, C, D dalam daun insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah. Fructooligosakarida yang terkandung dalam daun insulin mampu memodulasi sindrom metabolik dan dislipidemia dengan menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus. Kandungan phenol, chlorogenic, caffeonylquinic, ferulic yang merupakan antioksidan pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat memperbaiki sel β pankreas, karena antioksidan merupakan komponen aktif penting dalam regulasi metabolisme glukosa.
Phenolic dan Caffeonylquinic dalam ekstrak daun insulin memiliki efek dalam menghambat alfa glukosidase sedangkan chlorogenic dan derivatnya adalah salah satu antioksidan kompetitif inhibitor glukosa 6 phosphatase. Caffeonylquinic pada ekstrak daun yacon mengandung senyawa aktif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menghambat α glukosidase. Kandungan fructan yang tinggi pada daun insulin telah terbukti sebagai prebiotik yang menstimulasi pertumbuhan Bifidobacterium dimana dosis 3-10 gram/hari akan merangsang penurunan tekanan darah, efek positif dalam metabolisme lipid, proteksi sitem gastrointestinal, serta memiliki efek hipoglikemik.
Secara normal glukosa merupakan satu-satunya bahan makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina, gonad dan organ dalam tubuh lain untuk menyuplai sel, organ, jaringan tersebut secara optimal sesuai dengan energi yang dibutuhkan. Dalam sebuah studi  in vitro dilaporkan bahwa kandungan antioksidan daun insulin merupakan zat yang berguna untuk melawan radikal bebas serta Reactive Oxygen Species (ROS). Zat antioksidan yang terkandung dalam phenolic acid dan polyphenol memiliki kemampuan untuk menangkat radikal bebas dan menghambat reaksi oksidatif. Kandungan chlorogenic acid serta  tryptophan merupakan contoh kandungan dalam daun insulin yang merupakan antioksidan.       
Sebagai kesimpulan peran daun insulin sebagai antidiabetes yaitu sebagai pemanis, meningkatkan sekresi insulin dan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menurunkan produksi gula di hepatosit, memodulasi sindrom metabolik dan dispilipidemia, sebagai antioksidan dan memperbaiki kerusakan pankreas.
Penelitian mengenai tanaman daun insulin ini memang belum banyak di lakukan di Indonesia. Beberapa penelitian dilakukan di luar negri seperti yang dilakukan oleh Toshihiro Miura dkk dari Departement of Clinical Nutrition, Suzuka University of Medical Science, Jepang pada tahun 2005. Riset ini dilakukan dengan memberikan ekstrak ethanol daun Tithonia pada tikus penderita Diabetes Mellitus 2 yang memiliki berat badan 20 – 25 gram. Konsentrasi larutan yang digunakan yaitu 100 mg/kg, 500 mg/kg, dan 1.500 mg/kg berat badan. Sebagai kontrol digunakan tikus yang diberi air destilasi 20 ml/kg. Kadar gula darah dalam tubuh tikus diukur setiap minggu. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar gula darah tikus yang diberi ekstrak etanol Tithonia mengalami penurunan kadar gula darah secara signifikan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol semakin tinggi pula penuruanan kadar gula darah. Pada konsentrasi ekstrak etanol 1.500 mg/kg mampu menurunkan kadar gula darah tikus yang semula 509 ± 22 mg/dl menjadi 340 ± 14 mg/dl 7 jam pasca perlakuan. Sedangkan pada tikus kontrol kadar gula darahnya tetap.


Pete Cina (Leucaena leucocephala)


Petai Cina adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai Cina termasuk buah polong, berisi biji-biji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai Cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar dan pupuk hijau. Petai Cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Petai cina di Indonesia musnah setelah terserang hama wereng. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang.
Petai Cina atau petai selong atau Lamtoro adalah sejenis perdu dari suku polong-polongan, yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari Amerika tropis dan tumbuhan ini sudah ratusan tahun diperkenalkan ke Jawa untuk kepentingan pertanian dan kehutanan, kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di Indonesia. Petai Cina mudah beradaptasi dan dengan cepat tanaman ini menjadi liar di berbagai daerah tropis di Asia dan Afrika termasuk pula di Indonesia.
Petai Cina mengandung zat aktif seperti Flavonoid, galaktomannan, tannin, mineral seperti kalsium, fosfor dan besi, vitamin B1, vitamin C dan vitamin A. Ekstrak biji petai Cina terbukti dapat menurunkan glukosa darah dan terbukti berperan sebagai antioksidan. Biji petai Cina mengandung flavonoid, tannin dan galaktomannan dimana kandungan tersebut mempunyai efek untuk menurunkan kadar  gula  darah pada penderita DM dengan cara menghambat aktifitas alfa glukosidase dan alfa amilase yang berperan dalam absorpsi glukosa pada brush border usus.
Salah satu senyawa flavonoid pada biji petai cina adalah  isoflavon genistein dengan efek pada sel yaitu meningkatkan sekresi insulin basal dengan cara menghambat absoprsi glukosa pada brush border usus dan memiliki  efek menghambat aktifitas α-glukosidase yang berperan dalam absorpsi dan metabolisme dari karbohidrat. Flavonoid bersifat antioksidan yang dapat menghambat kerusakan sel β Langerhans di pankreas. Terapi antioksidan flavonoid ini diberikan pada fase intolerance karena bertujuan untuk menghambat dan mencegah kerusakan sel β yang lebih parah. Kandungan tannin dapat menginduksi dari regenerasi sel β pankreas dengan  menurunkan absorpsi dari glukosa. Galaktomannan merupakan suatu glikosida yang dapat mengurangi kadar gula pada urin penderita diabetes dengan menghidrolisis enzim amilase untuk memperlambat penyerapan gula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infus biji petai  Cina menurunkan kadar glukosa darah puasa pada mencit model  diabet. Dosis 0,03 gr/20 grBB merupakan dosis optimal dalam menurunkan glukosa darah puasa. Pada penelitian lain dilaporkan tentang efek antioksidan pada ekstrak biji petai Cina, dimana kenaikan kadar MDA plasma menunjukkan adanya peningkatan oksidasi lemak tidak jenuh yang banyak terdapat pada sel β pankreas, sehingga menyebabkan gangguan terhadap sekresi  insulin yang  kemudian  menyebabkan   hiperglikemik. Pemberian ekstrak biji petai cina dosis 0,25 g/kg, 0,5 g/kg dan 1 g/kg dapat meningkatkan kadar SOD sel darah merah. Peningkatan kadar SOD tertinggi terdapat pada dosis 1 g/kg. Peningkatan ini kemungkinan disebabkan karena efek antioksidannya. Seperti diketahui bahwa SOD merupakan  salah satu dari enzim antioksidan yang terutama dapat berperan dalam katalisis proses dekomposisi  oksigen reaktif.




Daun Pulutan (Urena lobata)
 


Tanaman pulutan adalah keluarga tanaman kapas-kapasan (malvaceae), berdiri tegak dengan ukuran tanaman sekitar  0,5 – 2,5 meter dan merupakan tanaman semak tahunan yang sering kita jumpai berada disekitar kita. Tanaman pulutan ini biasanya dapat dijumpai di tepi jalan, pekarangan rumah, tepi hutan dan tempat lainnya. Nama latin tanaman pulutan adalah Urena Lobata L. Sedangkan dalam bahasa Inggris nama lain dari tanaman pulutan ialah Caesarweed dan Congo Jute. Menurut sejarah asal usul tanaman pulutan berasal dari Asia atau Afrika. Persebaran tanaman pulutan ini didistribusikan dalam keadaan liar atau dinaturalisasi pada seluruh daerah tropis dan subtropis, termasuk Asia Tenggara, Afrika, Madagaskar, Brazil dan India. Tanaman pulutan ini dianggap berbahaya bagi kelangsungsungan tanaman lain karena sifatnya yang gulma dapat menginvasif agresif dan tumbuh cepat pada berbagai jenis tanah. Ciri-ciri fisik tanaman pulutan ini memiliki daun yang berbentuk hati dengan tepian daun yang tidak rata. Bunga tanaman pulutan ini muncul pada ketiak daun, berkelompok 2-3 bunga, berbentuk seperti lonceng berwarna merah muda dengan kelopak bulat telur dengan ukuran 1,5 cm. Tanaman pulutan ini memiliki rasa yang manis. Fungsi dan kegunaan tanaman pulutan mungkin bagi sebagian masyarakat di Indonesia dianggap sebagai tanaman liar dan digunakan sebagai pakan ternak. Namun yang tidak kita tahu ternyata tanaman pulutan ini dapat digunakan sebagai obat herbal.
Salah satu tanaman yang memiliki khasiat anti diabetes mellitus adalah Urena lobata. Ekstrak akar dan daun U. lobata telah digunakan secara tradisional oleh penduduk Nigeria untuk  pengobatan DM. Beberapa studi telah membuktikan potensi anti diabetes herbal pulutan, tetapi mekanisme kerjanya terhadap aktivitas Glucogen Like Peptide-1 (GLP-1) melalui penghambatan enzim DPP-4  belum pernah dilakukan penelitian. GLP-1  merupakan  salah  satu  hormon incretin yang ditujukan untuk terapi DM Type 2 tetapi hormon incretin segera dimetabolisme oleh enzim dipeptidyl peptidase 4 (DPP-4) menjadi bentuk inaktif. Dari hasil penelitian, didapatkan senyawa Mangiferin, Stigmasterol dan Sitosterol yang teridentifikasi dalam ekstrak air dan etanol daun pulutan memiliki aktivitas DPP-4 inhibitor yang lebih kuat dibandingkan senyawa lain yang teridentifikasi dalam ekstrak. Ekstrak air pulutan lebih kuat menurunkan kadar DPP-4 dan AUC glukosa darah serta meningkatkan kadar insulin dan GLP-1 dibandingkan ekstrak etanol. Dari hasil uji in silico, in vitro dan in vivo terbukti terdapat konsistensi pada ekstrak daun pulutan sebagai anti diabetes dengan penghambatan aktivitas DPP-4. Pulutan bertindak sebagai inhibitor protein Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-4 Inh) yang poten dan bekerja dengan cara memperbaiki fungsi sel beta pankreas (sel yang memproduksi insulin) dan sel alfa pankeras (yang memproduksi Glukagon) serta memperbaiki sensitivitas insulin.
 
INFORMASI PRODUK


POM TR: 173302601


Komposisi:
Tiap Kapsul (500 mg)
mengandung ekstrak:
Tithonia diversifolia folium 250 mg
Leucaena leucocephala semen 200 mg
Urena lobata folium 50 mg
Dosis:
3 X Sehari 1 – 2 Kapsul
Indikasi:
Secara tradisional digunakan untuk membantu meringankan gejala kencing manis.


REFERENSI



 1.          Sarwono Waspadji. 1996. Ilmu penyakit dalam. Balai penerbit FKUI: Jakarta.

 2.          Slamet Suyono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

3.        Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

4.        Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

5.        CIrianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung.

6.        Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 1998.  Konsensus  Pengelolaan  Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta.

7.        Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011.   Konsensus  Pengelolaan  dan  Pencegahan Diabetes Melitus    Tipe 2 di Indonesia Tahun 2011. Dilansir dari http://www.perkeni.net.

8.    Mirura Toshihiro et al. 2005. Antidiabetic Effect of Nitobegiku, the Herb Tithonia diversifolia in KK-Ay Diabetic Mice. Departement of Clinical Nutrition, Suzuka. University of Medical Science, Jepang. Biol. Pharm. Bull. Vo. 28 No. 11.

9.       Thomas  ANS.  Tanaman  Obat  Tradisional.  In:  Biji  Petai  China.  Cetakan  ke  15, Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2007.

10.   Sumarny  R, Syamsudin,  Simanjuntak P.  2008. Efek  hipoglikemik  bioaktif  biji  petai  china dengan menggunakan metoda toleransi glukosa oral pada mencit. Universitas Pancasila.

11.   Syamsudin,  Darmono  Simanjuntak,  P.  2006.  The  effects  of  Leucaena  leucocephala (lmk)  De  Wit  seeds  on  blood  sugar  levels:  An  experiental  study.  Int  J  of  Science and Res 2 (1): 49-52.

12.    Sulistyowati E. Uji Aktivitas Antioksidan Biji Lamtoro (Leucaena Leucocephala) Secara In-Vitro. 2007. Universitas Yogyakarta.

13.    Silvita SD, dkk. 2007. Efek Pemberian Infusa Biji Petai (Leucaena lucocephala) dalam menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mencit Model Diabet. FK Universitas Islam Bandung.

14.    Nurhasanah Fatty, Syamsuddin. 2005. Efek Antioksidan dari Ekstrak Biji Petai Cina (Leucaena leucocephala L.) pada tikus putih. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol 3 No. 1.

15.   Purnomo Yudi. et al. 2015. Anti-diabetic potential of Urena lobata leaf extract through inhibition of dipeptidyl peptidase IV activity. School of Medicine Brawijaya University Malang. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine 5 (8).