Klasifikasi diabetes melitus yang dianjurkan
adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes melitus WHO 1985.
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa tipe yaitu:
- Diabetes mellitus tipe I (Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)); tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan oleh keturunan.
- Diabetes mellitus tipe II (Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)); terbagi dua yaitu: Non obesitas dan Obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko yang penting untuk timbulnya diabetes. Obesitas disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel β pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
- Diabetes melitus tipe lain
a) Diabetes
oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes
karena obat/ zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan
lain-lain.
b) Gestasional
(diabetes kehamilan) adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak
dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon
pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat
untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Kerja
Insulin dan Glukagon
Pada DM Tipe II, terjadi penurunan sekresi insulin oleh hormon
inkretin. Inkretin adalah hormon alami tubuh yang bertugas untuk memberi signal
agar insulin dilepaskan setelah makan. Ada 2 jenis hormon inkretin yaitu GLP-1
(Glucagon Like Peptide) dan GIP (Glucose Dependent Insulinotropic Polypeptide/
Gastric Inhibitory Polypeptide). Kedua hormon tersebut dipecah oleh enzim yang
bernama DPP-IV (Dypeptil Peptidase-IV). Jadi untuk meningkatkan kadar insulin
maka otomatis diperlukan penghambatan terhadap enzim DPP-IV sehingga kadar
glukagon menurun dan kadar gula darah menjadi normal. Penghambatan pada enzim
DPP-IV dapat mencegah inaktifasi GLP-1 dan GIP di sirkulasi darah, sehingga GIP
dan GPL-1 akan bereaksi dengan sel β pakreas untuk meningkatkan biosintesis dan
sekresi insulin. Jadi, penghambatan terhadap enzim DPP-IV meningkatkan sekresi
insulin pada penderita DM dengan cara menghambat degradasi hormon inkretin dan
memelihara fungsi pankreas.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis DM (mg/dl):
BUKAN
DM
|
BELUM
PASTI DM
|
DM
|
|
Kadar Glukosa Darah Sewaktu
|
|||
Plasma
Vena
|
< 100
|
100 – 200
|
> 200
|
Darah
Kapiler
|
< 80
|
80 – 200
|
> 200
|
Kadar
Glukosa Darah
|
|||
Plasma
Vena
|
< 110
|
110 – 120
|
> 126
|
Darah
Kapiler
|
< 90
|
90 – 100
|
> 100
|
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“mengalirkan atau mengalihkan” (siphon).
Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan sebagai individu yang mengalirkan volume urin
yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relatif insensitivitas sel terhadap insulin. Diabetes adalah suatu penyakit
karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula atau glukosa dalam aliran
darah. Ini menyebabkan hiperglikemia; suatu kadar gula darah yang tingginya
sudah membahayakan. Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan
mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti ginjal,
jantung, pembuluh darah kaki, saraf dan lain-lain. Fakta menunjukkan bahwa di seluruh
dunia setiap 30 detik, ada 1 kaki yang dipotong (amputasi) akibat penyakit
diabetes dan dalam 1 tahun lebih dari 1 juta amputasi terpaksa dilakukan.
Komplikasi
diabetes
Penderita
diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut Federasi
Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus
sudah mencakup sekitar 197 juta jiwa dengan angka kematian sekitar 3,2 juta
orang. WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi sekitar 366
juta orang pada tahun 2030. Penyumbang besar pada peningkatan angka tadi adalah
dari negara-negara berkembang dengan kenaikan penderita diabetes mellitus 150 %.
WHO menyatakan penderita diabetes mellitus di Indonesia adalah 8,4 juta jiwa
pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada
tahun 2030. Tingginya angka kematian tersebut menjadikan Indonesia menduduki
ranking ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina (Data Depkes RI,
2004). Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak
penderita diabetes.
Hal yang mengejutkan adalah biaya pengeluaran
untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes dilaporkan
mencapai ratusan juta dolar per tahunnya di seluruh dunia. Sayangnya banyaknya
biaya tidak memberikan timbal balik yang diharapkan berupa kesembuhan ‘tuntas’ bagi
pasien diabetes. Biaya pengobatan yang besar dikarenakan penderita diabetes
divonis harus mengkonsumsi obat terus-menerus seumur hidupnya demi untuk ‘bertahan
hidup’ atau untuk sekedar ‘mengurangi’ gejala yang ditimbulkan akibat diabetes.
Konsumsi obat-obatan kimia terus-menerus tentu saja memberikan dampak efek
samping negatif bagi tubuh, alih-alih sembuh, pasien justru mengalami
ketergantungan terhadap obat-obatan tersebut. Obat-obatan kimia tidak pernah
betul-betul menyelesaikan masalah diabetes. Diabetes diklaim sebagai penyakit
yang tidak bisa sembuh sehingga menjadi momok menakutkan bagi siapa saja yang
telah didiagnosa medis menderita
penyakit ini. Kabar baiknya bahwa stigma ini akhirnya kini telah terpatahkan
dengan hadirnya sebuah inovasi dalam dunia kesehatan berupa penemuan produk
obat diabetes terbaru dengan nama paten Gluliped yang mengandung kombinasi
tiga ekstrak herbal (Daun Insulin, Pete Cina dan Pulutan). Ketiga ekstrak
tersebut telah terbukti melalui banyak jurnal penelitian sangat ampuh untuk
mengatasi diabetes. Gluliped bekerja langsung pada akar masalah penyebab
diabetes yaitu memperbaiki kembali kerja organ pankreas sebagai penghasil
insulin dengan mengembalikan sensitifitas insulin.
Gluliped mengandung kombinasi tiga ekstrak
herbal (Daun Insulin, Pete Cina dan Pulutan dengan perbandingan 50 : 40 : 10).
Ketiga ekstrak tersebut terbukti melalui banyak jurnal penelitian sangat ampuh
untuk mengatasi diabetes. Gluliped bekerja langsung pada akar masalah penyebab
diabetes yaitu memperbaiki kembali kerja organ pankreas sebagai penghasil
insulin dengan mengembalikan sensitifitas insulin. Berikut penjelasan dari
masing-masing komposisi Gluliped:
Daun Insulin (Tithonia
diversifolia)
Tanaman daun insulin memiliki nama ilmiah
Tithonia diversifolia, dikenal juga dengan nama yacon. Tanaman ini berasal dari
Meksiko. Nama lokal untuk tanaman ini yaitu rondo semoyo, kembang bulan, kayu
paik, kipait dan harsaga. Sebagian masyarakat menyebutnya tanaman paitan karena
tangan akan terasa pahit jika memegang daun tanaman ini. Tanaman ini jarang
sekali dibudidayakan dengan sengaja melainkan hanya digunakan sebagai tanaman
pagar. Tanaman ini juga banyak tumbuh liar di pinggir sungai atau pekarangan.
Tanaman ini masih merupakan keluarga bunga matahari yang tumbuh di tempat
hangat dengan ketinggian hingga 3200 meter, memiliki ciri berdaun menjari,
batang berkayu dengan tinggi 1 meter dan memiliki bunga berwarna kuning
menyerupai bunga matahari. Kebanyakan orang menanam daun insulin di halaman
rumah merupakan keluarga penderita diabetes. Di luar negri tanaman ini populer
dengan sebutan Mexican Sunflower dan biasa digunakan sebagai antidiabetes dan
anti virus oleh masyarakat Taiwan. Tanaman daun insulin memiliki berat
rata-rata 500 gram. Di Indonesia sendiri tanaman ini belum cukup banyak dikenal
orang, baru dikenal di negara kita sekitar 2 – 3 tahun yang lalu. Tanaman daun
insulin banyak di budidayakan di daerah dataran tinggi salah satunya Wonosobo.
Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah berkisar antara 24-30º C.
Tanaman daun insulin dapat hidup di berbagai macam kondisi tanah, namun pada
tanah dengan irigrasi yang baik tanaman ini dapat tumbuh dengan lebih baik.
Pada kondisi pH yang asam sampai dengan basa lemah tanaman ini dapat tumbuh.
Daun yacon lebih dikenal sebagai daun insulin,
karena daun yacon mengandung protein, karbohidrat dan lemak serta mengandung gula-gula fruktosa yang tidak
dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat difermentasi oleh usus besar.
Fruktosa adalah gula sederhana yang memberikan rasa manis, terdapat pada makanan
alami seperti buah-buahan, madu, sayuran dan biji-bijian. Sumber utama fruktosa
adalah sukrosa, yang merupakan derivat gula tebu dan gula bit. Menurut hasil
penelitian konsumsi fruktosa yang terdapat dalam bahan alami tidak membahayakan
kesehatan dan belum ada penelitian yang menunjukkan terjadi peningkatan berat
badan yang signifikan pada individu yang mengonsumsi buah-buahan berlebihan.
Daun tanaman yacon juga telah diketahui mengandung komponen phenol. Komponen
ini seperti chlorogenic, caffeic dan feluric. Peningkatan sekresi insulin dan
peningkatan sensitifitas reseptor insulin dapat memperbaiki sel β pankreas pada
pasien diabetes mellitus. Daun insulin
juga mengandung protein, lipid, serat dan sakarida, catechone, terpenes
dan flavonoid. Daun tersebut memiliki efek seperti insulin, yaitu menurunkan
produksi glukosa di hepatosit.
Kandungan fructooligosacarida, flavonoid,
smallanthaditerpenic acid, octadecatrienoic acid dan Smallanthaditepenic acid
A, B, C, D dalam daun insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Fructooligosakarida yang terkandung dalam daun insulin mampu memodulasi sindrom
metabolik dan dislipidemia dengan menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus.
Kandungan phenol, chlorogenic, caffeonylquinic, ferulic yang merupakan
antioksidan pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat memperbaiki sel β pankreas,
karena antioksidan merupakan komponen aktif penting dalam regulasi metabolisme
glukosa.
Phenolic dan Caffeonylquinic dalam ekstrak
daun insulin memiliki efek dalam menghambat alfa glukosidase sedangkan
chlorogenic dan derivatnya adalah salah satu antioksidan kompetitif inhibitor
glukosa 6 phosphatase. Caffeonylquinic pada ekstrak daun yacon mengandung
senyawa aktif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menghambat α
glukosidase. Kandungan fructan yang tinggi pada daun insulin telah terbukti
sebagai prebiotik yang menstimulasi pertumbuhan Bifidobacterium dimana dosis
3-10 gram/hari akan merangsang penurunan tekanan darah, efek positif dalam
metabolisme lipid, proteksi sitem gastrointestinal, serta memiliki efek
hipoglikemik.
Secara normal glukosa merupakan satu-satunya
bahan makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina, gonad dan organ dalam
tubuh lain untuk menyuplai sel, organ, jaringan tersebut secara optimal sesuai
dengan energi yang dibutuhkan. Dalam sebuah studi in vitro dilaporkan bahwa kandungan
antioksidan daun insulin merupakan zat yang berguna untuk melawan radikal bebas
serta Reactive Oxygen Species (ROS). Zat antioksidan yang terkandung dalam
phenolic acid dan polyphenol memiliki kemampuan untuk menangkat radikal bebas
dan menghambat reaksi oksidatif. Kandungan chlorogenic acid serta tryptophan merupakan contoh kandungan dalam
daun insulin yang merupakan antioksidan.
Sebagai kesimpulan peran daun insulin sebagai
antidiabetes yaitu sebagai pemanis, meningkatkan sekresi insulin dan
meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menurunkan produksi gula di
hepatosit, memodulasi sindrom metabolik dan dispilipidemia, sebagai antioksidan
dan memperbaiki kerusakan pankreas.
Penelitian mengenai tanaman daun insulin ini
memang belum banyak di lakukan di Indonesia. Beberapa penelitian dilakukan di
luar negri seperti yang dilakukan oleh Toshihiro Miura dkk dari Departement of
Clinical Nutrition, Suzuka University of Medical Science, Jepang pada tahun
2005. Riset ini dilakukan dengan memberikan ekstrak ethanol daun Tithonia pada
tikus penderita Diabetes Mellitus 2 yang memiliki berat badan 20 – 25 gram.
Konsentrasi larutan yang digunakan yaitu 100 mg/kg, 500 mg/kg, dan 1.500 mg/kg
berat badan. Sebagai kontrol digunakan tikus yang diberi air destilasi 20
ml/kg. Kadar gula darah dalam tubuh tikus diukur setiap minggu. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kadar gula darah tikus yang diberi ekstrak etanol
Tithonia mengalami penurunan kadar gula darah secara signifikan. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak etanol semakin tinggi pula penuruanan kadar gula darah.
Pada konsentrasi ekstrak etanol 1.500 mg/kg mampu menurunkan kadar gula darah
tikus yang semula 509 ± 22 mg/dl menjadi 340 ± 14 mg/dl 7 jam pasca perlakuan.
Sedangkan pada tikus kontrol kadar gula darahnya tetap.
Pete Cina (Leucaena
leucocephala)
Petai Cina adalah tumbuhan yang memiliki
batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam
tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut
cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya
jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai Cina termasuk buah
polong, berisi biji-biji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai Cina oleh
para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar dan pupuk hijau.
Petai Cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas
permukaan laut. Petai cina di Indonesia musnah setelah terserang hama wereng.
Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan
dengan cara stek batang.
Petai Cina atau petai selong atau Lamtoro
adalah sejenis perdu dari suku polong-polongan, yang kerap digunakan dalam
penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari Amerika tropis dan
tumbuhan ini sudah ratusan tahun diperkenalkan ke Jawa untuk kepentingan
pertanian dan kehutanan, kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di
Indonesia. Petai Cina mudah beradaptasi dan dengan cepat tanaman ini menjadi
liar di berbagai daerah tropis di Asia dan Afrika termasuk pula di Indonesia.
Petai Cina mengandung zat aktif seperti
Flavonoid, galaktomannan, tannin, mineral seperti kalsium, fosfor dan besi,
vitamin B1, vitamin C dan vitamin A. Ekstrak biji petai Cina terbukti dapat menurunkan
glukosa darah dan terbukti berperan sebagai antioksidan. Biji petai Cina
mengandung flavonoid, tannin dan galaktomannan dimana kandungan tersebut
mempunyai efek untuk menurunkan kadar
gula darah pada penderita DM
dengan cara menghambat aktifitas alfa glukosidase dan alfa amilase yang
berperan dalam absorpsi glukosa pada brush border usus.
Salah satu senyawa flavonoid pada biji petai
cina adalah isoflavon genistein dengan
efek pada sel yaitu meningkatkan sekresi insulin basal dengan cara menghambat
absoprsi glukosa pada brush border usus dan memiliki efek menghambat aktifitas α-glukosidase yang
berperan dalam absorpsi dan metabolisme dari karbohidrat. Flavonoid bersifat
antioksidan yang dapat menghambat kerusakan sel β Langerhans di pankreas. Terapi
antioksidan flavonoid ini diberikan pada fase intolerance karena bertujuan
untuk menghambat dan mencegah kerusakan sel β yang lebih parah. Kandungan
tannin dapat menginduksi dari regenerasi sel β pankreas dengan menurunkan absorpsi dari glukosa. Galaktomannan
merupakan suatu glikosida yang dapat mengurangi kadar gula pada urin penderita
diabetes dengan menghidrolisis enzim amilase untuk memperlambat penyerapan
gula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
infus biji petai Cina menurunkan kadar glukosa
darah puasa pada mencit model diabet.
Dosis 0,03 gr/20 grBB merupakan dosis optimal dalam menurunkan glukosa darah
puasa. Pada penelitian lain dilaporkan tentang efek antioksidan pada ekstrak
biji petai Cina, dimana kenaikan kadar MDA plasma menunjukkan adanya
peningkatan oksidasi lemak tidak jenuh yang banyak terdapat pada sel β
pankreas, sehingga menyebabkan gangguan terhadap sekresi insulin yang
kemudian menyebabkan hiperglikemik. Pemberian ekstrak biji petai
cina dosis 0,25 g/kg, 0,5 g/kg dan 1 g/kg dapat meningkatkan kadar SOD sel
darah merah. Peningkatan kadar SOD tertinggi terdapat pada dosis 1 g/kg.
Peningkatan ini kemungkinan disebabkan karena efek antioksidannya. Seperti
diketahui bahwa SOD merupakan salah satu
dari enzim antioksidan yang terutama dapat berperan dalam katalisis proses
dekomposisi oksigen reaktif.
Daun Pulutan (Urena lobata)
Tanaman pulutan adalah keluarga tanaman
kapas-kapasan (malvaceae), berdiri tegak dengan ukuran tanaman sekitar 0,5 – 2,5 meter dan merupakan tanaman semak
tahunan yang sering kita jumpai berada disekitar kita. Tanaman pulutan ini
biasanya dapat dijumpai di tepi jalan, pekarangan rumah, tepi hutan dan tempat
lainnya. Nama latin tanaman pulutan adalah Urena Lobata L. Sedangkan dalam
bahasa Inggris nama lain dari tanaman pulutan ialah Caesarweed dan Congo Jute.
Menurut sejarah asal usul tanaman pulutan berasal dari Asia atau Afrika.
Persebaran tanaman pulutan ini didistribusikan dalam keadaan liar atau
dinaturalisasi pada seluruh daerah tropis dan subtropis, termasuk Asia
Tenggara, Afrika, Madagaskar, Brazil dan India. Tanaman pulutan ini dianggap
berbahaya bagi kelangsungsungan tanaman lain karena sifatnya yang gulma dapat
menginvasif agresif dan tumbuh cepat pada berbagai jenis tanah. Ciri-ciri fisik
tanaman pulutan ini memiliki daun yang berbentuk hati dengan tepian daun yang
tidak rata. Bunga tanaman pulutan ini muncul pada ketiak daun, berkelompok 2-3
bunga, berbentuk seperti lonceng berwarna merah muda dengan kelopak bulat telur
dengan ukuran 1,5 cm. Tanaman pulutan ini memiliki rasa yang manis. Fungsi dan
kegunaan tanaman pulutan mungkin bagi sebagian masyarakat di Indonesia dianggap
sebagai tanaman liar dan digunakan sebagai pakan ternak. Namun yang tidak kita
tahu ternyata tanaman pulutan ini dapat digunakan sebagai obat herbal.
Salah satu tanaman yang memiliki khasiat anti
diabetes mellitus adalah Urena lobata. Ekstrak akar dan daun U. lobata telah
digunakan secara tradisional oleh penduduk Nigeria untuk pengobatan DM. Beberapa studi telah
membuktikan potensi anti diabetes herbal pulutan, tetapi mekanisme kerjanya
terhadap aktivitas Glucogen Like Peptide-1 (GLP-1) melalui penghambatan enzim
DPP-4 belum pernah dilakukan penelitian.
GLP-1 merupakan salah
satu hormon incretin yang
ditujukan untuk terapi DM Type 2 tetapi hormon incretin segera dimetabolisme
oleh enzim dipeptidyl peptidase 4 (DPP-4) menjadi bentuk inaktif. Dari hasil
penelitian, didapatkan senyawa Mangiferin, Stigmasterol dan Sitosterol yang
teridentifikasi dalam ekstrak air dan etanol daun pulutan memiliki aktivitas
DPP-4 inhibitor yang lebih kuat dibandingkan senyawa lain yang teridentifikasi
dalam ekstrak. Ekstrak air pulutan lebih kuat menurunkan kadar DPP-4 dan AUC
glukosa darah serta meningkatkan kadar insulin dan GLP-1 dibandingkan ekstrak
etanol. Dari hasil uji in silico, in vitro dan in vivo terbukti terdapat
konsistensi pada ekstrak daun pulutan sebagai anti diabetes dengan penghambatan
aktivitas DPP-4. Pulutan bertindak sebagai inhibitor protein Dipeptidyl
Peptidase-4 (DPP-4 Inh) yang poten dan bekerja dengan cara memperbaiki fungsi
sel beta pankreas (sel yang memproduksi insulin) dan sel alfa pankeras (yang
memproduksi Glukagon) serta memperbaiki sensitivitas insulin.
INFORMASI PRODUK
POM
TR: 173302601
Komposisi:
Tiap Kapsul (500 mg)
mengandung ekstrak:
Tithonia diversifolia folium 250 mg
Leucaena leucocephala semen 200 mg
Urena lobata folium 50 mg
Dosis:
3 X Sehari 1 – 2 Kapsul
Indikasi:
Secara tradisional digunakan untuk membantu meringankan gejala kencing
manis.
REFERENSI
1.
Sarwono
Waspadji. 1996. Ilmu penyakit dalam. Balai penerbit
FKUI: Jakarta.
2.
Slamet
Suyono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.
3.
Corwin,
Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
4.
Guyton.
1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
5.
CIrianto,
Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia
untuk Paramedis. Bandung.
6.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI). 1998. Konsensus Pengelolaan
Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta.
7.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI). 2011. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia Tahun
2011. Dilansir dari http://www.perkeni.net.
8. Mirura
Toshihiro et al. 2005. Antidiabetic Effect of
Nitobegiku, the Herb Tithonia diversifolia in KK-Ay Diabetic Mice. Departement
of Clinical Nutrition, Suzuka. University of Medical Science, Jepang. Biol.
Pharm. Bull. Vo. 28 No. 11.
9. Thomas ANS. Tanaman
Obat Tradisional. In:
Biji Petai China.
Cetakan ke 15, Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2007.
10. Sumarny R, Syamsudin,
Simanjuntak P.
2008. Efek hipoglikemik bioaktif
biji petai china dengan menggunakan metoda toleransi
glukosa oral pada mencit. Universitas Pancasila.
11. Syamsudin, Darmono
Simanjuntak, P. 2006.
The effects of
Leucaena leucocephala (lmk) De
Wit seeds on
blood sugar levels:
An experiental study.
Int J of
Science and Res 2 (1): 49-52.
12. Sulistyowati
E. Uji Aktivitas Antioksidan Biji Lamtoro
(Leucaena Leucocephala) Secara In-Vitro. 2007. Universitas Yogyakarta.
13. Silvita
SD, dkk. 2007. Efek Pemberian Infusa Biji Petai
(Leucaena lucocephala) dalam menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mencit
Model Diabet. FK Universitas Islam Bandung.
14. Nurhasanah
Fatty, Syamsuddin. 2005. Efek Antioksidan dari Ekstrak
Biji Petai Cina (Leucaena leucocephala L.) pada tikus putih. Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila Jakarta. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol 3 No. 1.
15. Purnomo
Yudi. et al. 2015. Anti-diabetic potential of Urena lobata
leaf extract through inhibition of dipeptidyl peptidase IV activity. School of
Medicine Brawijaya University Malang. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine 5 (8).