Jumat, 03 September 2021

Kurkumin lebih unggul mengobati tukak lambung dibandingkan Obat golongan AINS

Salah satu tanaman tradisional yang sering digunakan sebagai obat adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Temulawak sudah dibuktikan manfaatnya dalam pengobatan berbagai penyakit, termasuk diantaranya adalah penyakit gangguan pencernaan dan ulkus peptikum atau yang dikenal dengan istilah tukak lambung. Tukak terjadi ketika asam lambung menggerogoti lapisan dalam saluran pencernaan dimana terjadi kerusakan dari mukosa lambung yang diikuti oleh proses peradangan atau inflamasi. Penyebab umumnya adalah bakteri Helicobacter pylori dan justru pemberian penghilang rasa sakit atau analgetik antiinflamasi misalnya golongan aspirin. Gejala yang umum terjadi adalah rasa nyeri pada perut bagian atas.

Beberapa kandungan yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang disebut kurkumin, protein, pati dan minyak atsiri. Komponen senyawa aktif terpenting dalam temulawak yang memberikan khasiat pengobatan adalah kurkumin dan minyak atsiri (terutama kandungan flavonoidanya) yang bekerja dengan menghambat pelepasan mediator nyeri prostaglandin pada enzim siklooksigenase (COX).

Kurkumin menghambat enzim siklooksigenase 2 (COX-2) yang khusus terdapat di sel yang mengalami inflamasi sehingga mengurangi atau menghilangkan gejala dari inflamasi. Inflamasi ini merupakan gejala dari berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah tukak lambung.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kurkumin lebih unggul dibandingkan obat golongan analgetik AINS/ NSAID (Analgetik Inflamasi Non-Steroid), karena aktivitas antiinflamasi kurkumin bekerja secara spesifik dalam penghambatan COX-2. Obat golongan AINS melakukan penghambatan tidak hanya pada COX-2 tetapi juga terhadap COX-1 sehingga seringkali menimbulkan efek iritasi pada lambung, karena COX-1 ini terkait dengan mekanisme perlindungan lambung sehingga jika dihambat maka akan memicu kerusakan lambung.

Efek antiinflamasi kurkumin didukung oleh aktivitasnya sebagai antioksidan karena adanya gugus fenolik. Gugus fenolik akan memberikan proteksi terhadap sel-sel mukosa lambung dengan cara mengikat oksidan berupa radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif dan kematian sel.

Penelitian lain juga memperlihatkan bahwa kurkumin mampu memperbaiki kerusakan sel epitel mukus pada mukosa lambung yang rusak akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori. Kurkumin bekerja melapisi dan meregenerasi kembali sel-sel dinding lambung yang mengalami tukak tersebut.

Dari pembahasan di atas sudah jelas bahwa temulawak dengan kurkumin sebagai senyawa utamanya memiliki efek perbaikan lambung lebih baik dibandingkan golongan obat AINS sehingga sangat layak dijadikan sebagai terapi dan pengobatan pada semua gangguan lambung.



Referensi:

Katzung BG. 1998. Farmakologi Dasar dan Terapi. Jakarta: EGC; 305-320.

Indraswari, I. dkk. 2004. Pengaruh Pemberian Temulawak Pada Lambung Tikus yang Mengalami Ulkus Peptikum Akibat Induksi Indometasin. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XX, No.2, Agustus 2004.

Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., And Buxton, I. 2008. Goodman & Gilman’s Manual Of Pharmacology And Therapeutics. Use: The Mcgraw-Hill Companies, Inc. 

Repetto, MG., Ilesuy, SF., 2002, Antioxidant Properties of Natural Compounds Used in Popular Medicine for Gastric Ulcer. Biaz J Med Biol Res 35 (5): 523-34.

Sarkar A, et al. 2016. Curcumin as a potential therapeutic candidate for Helicobacter pylori associated diseases. World Journal of Gastroenterology 2016 March 7; 22 (9).

Jumat, 08 Januari 2021

SUPLEMEN PROTEIN ‘TIDAK AMAN’ DIBERIKAN PADA ORANG DENGAN GANGGUAN GINJAL DAN HATI, MITOS ATAU FAKTA ?

Anda mungkin pernah mendengar desas-desus tentang efek samping suplemen protein terhadap ginjal dan hati. Ada anggapan bahwa suplemen protein dapat merusak kedua organ tersebut. Apakah hal tersebut benar adanya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.

Suplemen protein menjadi salah satu pilihan untuk membantu mencukupi kebutuhan protein tubuh sehari-hari selain karena praktis, mengonsumsi suplemen protein juga memberikan beberapa manfaat yang baik bagi tubuh. Mulai dari untuk menurunkan kolesterol, mempertahankan berat badan ideal, mengurangi tekanan darah, meregenerasi kerusakan sel-sel di dalam tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, hingga meningkatkan respons kekebalan tubuh anak-anak, dewasa hingga lansia.

 

Namun di balik itu, diet tinggi protein dapat menjulangkan kadar pengeluaran kreatinin dan ureum dari tubuh sehingga teori ini menjadikan adanya kekhawatiran bagi orang-orang yang sudah memiliki gangguan ginjal kronis untuk mengonsumsi protein karena takut terjadi peningkatan keparahan penyakit yang diidapnya. Teori ini faktanya tidak sepenuhnya benar karena hingga saat ini, belum ada bukti bahwa terdapat efek samping suplemen protein terhadap ginjal dan hati. Bahkan organ hati kita membutuhkan protein untuk memperbaiki dirinya dan mengubah lemak menjadi lipoprotein. Meski begitu, pengidap sirosis hati tetap perlu lebih berhati-hati. Pasalnya, penderita sirosis memiliki hati yang tidak berfungsi baik, sehingga konsumsi protein berlebih dapat meningkatkan kadar amonia dalam darah. Hal ini kemudian bisa merusak otak.

 

Kebutuhan protein pada orang dewasa bervariasi berdasarkan pada status nutrisi, keadaan penyakit dan kondisi klinis. Kebutuhan protein diekspresikan sebagai gram per kilogram berat badan. Metabolisme protein tergantung pada fungsi ginjal dan hati; sehingga kebutuhan akan berubah selama kondisi penyakit yang mempengaruhi kedua sistem organ ini. Kebutuhan harian protein yang direkomendasikan adalah 0,8 – 1 gram/kg berat badan. Pada kasus gagal ginjal tanpa cuci darah kebutuhannya adalah 0,6 – 1 gram/kg berat badan, sedangkan kasus gagal ginjal yang sudah pada tahap cuci darah (dialisis) kebutuhan harian proteinnya meningkat menjadi 1,2 – 2,7 gram/kg berat badan. Sementara untuk kasus kegagalan hepatik (gagal hati) parah dibutuhkan protein sekitar 0,5 – 1,5 gram/kg berat badan setiap harinya.

Kelebihan protein disimpan sebagai protein visceral (visceral protein) dan somatik (somatic protein). Cadangan protein visceral meliputi protein plasma, hemoglobin, beberapa komponen pembekuan, hormon dan antibodi. Antibodi inilah yang menjadi kunci utama dalam sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Cadangan protein somatik meliputi cadangan pada otot rangka dan polos. Cadangan protein sangat esensial untuk berbagai fungsi fisiologis dasar sehingga berkurangnya cadangan protein berakibat pada berkurangnya fungsi tubuh yang esensial.

Perlu diketahui, selama ini pembatasan asupan protein pada penderita gagal ginjal adalah untuk mencegah terjadinya hiperfosfatemia (kelebihan fosfat dalam darah). Ginjal normal mampu membuang kelebihan fosfat dalam darah sehingga hiperfosfatemia jarang terjadi. Namun pada orang dengan gangguan ginjal, kemampuan membuang kelebihan fosfat dalam darah menurun sehingga resiko hiperfosfatemia meningkat. Pada dialisis, asupan protein seharusnya tidak dibatasi meskipun akan menyebabkan asupan posfor yang lebih tinggi, karena resiko malnutirisi protein, mortalitas, penurunan fungsi fisik hingga kematian tentu saja melebihi resiko hiperfosfatemia.

Pasien dialisis membutuhkan protein lebih banyak dibandingkan kebutuhan orang dewasa normal karena mereka akan kehilangan protein selama dialisis dan karena gangguan ginjal akan menghalangi kemampuan tubuh untuk menggunakan dan memproses asam amino. Beberapa penelitian melaporkan sekitar 1 – 2 gram protein hilang melalui dialisat dengan konvensional hemodialiser. Dapat lebih tinggi pada high-flux dialyzer. Kehilangan asam amino melalui hemodialisat sekitar 6 – 12 gram setiap perlakuan. Pasien dialisis yang tidak mendapatkan cukup protein akan meningkatkan resiko PEM (Protein-Energy Malnutrition), sehingga meningkatkan resiko kematian dan menurunkan fungsi fisik dan kualitas hidup mereka.

Umumnya, suplemen protein saat ini berbentuk bubuk yang berasal dari tumbuhan (nabati) seperti kedelai, beras, kentang, kacang polong  dan dari sumber hewani seperti telur, daging unggas, daging sapi, ikan dan susu (kasein atau whey protein). Bubuk protein biasanya juga memiliki kandungan lain, seperti gula tambahan, penambah rasa buatan, pengental, vitamin dan mineral, sehingga suplemen tersebut kandungan proteinnya sudah tidak murni lagi karena diberikan zat-zat lain selama masa pembuatannya. Hal lain yang juga banyak ditemui, konsumsi suplemen protein bisa menimbulkan alergi. Karena whey protein berasal dari susu sapi, orang yang alergi susu sapi dapat mengalami alergi jika mengonsumsi suplemen ini. Selain itu, jika Anda mengonsumsi whey protein tanpa menyeimbangkannya dengan sayur buah, maka bisa memicu konstipasi dan masalah pencernaan.

 

Dari semua sumber protein yang paling aman dikonsumsi sebenarnya adalah yang berasal dari sumber ikan, karena ikan memiliki berat molekul paling ringan dari semua sumber protein sehingga proses penyerapannya akan lebih cepat di dalam tubuh. Salah satu jenis ikan yang mengandung kadar protein tinggi adalah ikan toman atau Channa micropeltes. Ikan ini masih satu suku dengan ikan gabus yaitu sama-sama dari suku Channadinae. Ikan yang tergolong suku Channadinae memiliki kadar protein, albumin dan nutrisi lain yang cukup lengkap. Ikan toman utamanya, jenis ini terbukti memilki kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan jenis ikan suku Channadinae lainnya. Kandungan protein kompleks di dalam ikan toman jika diolah dan diekstraksi dengan metode freeze dryer (suatu teknologi terbaru untuk memaksimalkan nutrisi di dalam suatu ekstrak agar tidak rusak dan menurun kualitasnya)  akan memberikan manfaat protein yang luar biasa bagi tubuh. Hasil ekstraksi metode ini akan menghasilkan ekstrak yang akan dengan mudah dan cepat terserap di dalam tubuh karena sudah dalam bentuk partikel nano, sehingga sangat aman dikonsumsi oleh orang dengan gagal ginjal maupun kegagalan fungsi hati. Ikan jenis ini juga sangat jarang dilaporkan menimbulkan alergi.

 

Jadi sudah jelas ya bahwa suplemen protein itu aman kok dikonsumsi oleh siapapun bahkan oleh penderita gagal ginjal maupun gangguan fungsi hati, dengan catatan protein tersebut harus diolah dengan cara yang benar, melalui proses ekstraksi tanpa pemanasan karena sifat protein itu mudah rusak dan terurai oleh suhu yang tinggi, jika sudah begitu maka protein akan menurun kualitasnya dan tidak bisa memberikan fungsi yang maksimal bagi tubuh. Sebaiknya suplemen protein yang dikonsumsi juga sudah berpartikel sangat halus sehingga tubuh bisa menyerapnya dengan mudah tanpa membebani kerja organ-organ bermasalah. Dan terakhir yang juga tidak kalah penting adalah sebaiknya suplemen protein yang kita konsumsi terjamin kemurniannya atau tanpa campuran bahan tambahan lain dalam proses pengolahannya sehingga tidak akan ditemui efek samping merugikan seperti alergi yang mungkin berasal dari bahan-bahan tambahan tersebut.

 



Produk suplemen protein kompleks dengan kandungan 100 % Ekstrak Ikan Toman (Channa micropeltes)

 

 

Referensi:

 

 Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009. Penilaian Status Nutrisi.

 

Firlianty et al. 2013. Chemical Composition and Amino Acid Profile of Channidae Collected from             Central Kalimantan Indonesia. Brawijaya University Malang East Java. IEESE International Journal of Science and Technology (IJSTE), Vol. 2 No. 4, December 2013, 25-29.

Rabu, 06 Januari 2021

 

KATA SIAPA MAAG TIDAK BISA DISEMBUHKAN SECARA TUNTAS ?

SUDAH KONSUMSI BANYAK OBAT LAMBUNG NAMUN MAAG KEMBALI KAMBUH ?

SIMAK PENJELASANNYA BERIKUT INI

 

Gastritis atau yang dikenal dengan istilah maag adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti  teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Keluhan gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita gastritis kronis selama bertahun-tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan gastritis tersebut. Berbagai obat-obatan penekan asam lambung sudah pernah dikonsumsi namun keluhan selalu datang silih berganti hingga menimbulkan gangguan psikologi berupa stres. Stres ini malah justru menambah berat gastritis penderita yang sudah ada. Sekali mengalami gastritis, maka penyakit ini bisa menyerang kembali kapan saja dan dimana saja. Obat-obatan yang dikonsumsi selama ini hanyalah menjadi semacam ‘penyelamat sementara’ ketika penyakit ini kambuh.

Kini telah hadir Fibrolivit; suatu formula obat herbal dahsyat yang mampu mengatasi semua masalah lambung dengan tuntas. Fibrolivit mengandung ekstrak rimpang temulawak dan daun paliasa yang telah terbukti secara ilmiah mampu memperbaiki kerusakan sel-sel mukosa lambung dan menghilangkan nyeri. Perbaikan kerusakan mukosa lambung secara menyeluruh inilah yang menjadi jaminan keampuhan obat ini. Tidak hanya menekan produksi asam lambung seperti obat-obatan maag yang lain, Fibrolivit mampu mengembalikan ketahanan dinding lambung dan menormalkan fungsi mukosa lambung dengan cara meremodelling atau meregenerasi kembali sel-sel mukosa lambung.  Fibrolivit juga bekerja sebagai anti inflamasi dan anti depresan, bahkan penderita maag sudah langsung dapat merasakan khasiatnya dengan rasa nyeri yang hilang kurang dari 15 menit begitu obat ini dikonsumsi pertama kali. Fibrolivit berani memberikan jaminan bukti nyata dan garansi terbebasnya Anda dari gangguan lambung dengan tuntas, bukan sekedar janji. Hanya dengan konsumsi rutin selama 3 hingga 4 minggu dosis 3 X sehari 2 kapsul,  Anda akan terbebas selamanya dari maag, GERD dan gangguan lambung lainnya. Tak perlu khawatir, Fibrolivit ini sangat aman dikonsumsi segala usia dan kondisi, mulai dari anak-anak, dewasa hingga lansia, ibu hamil maupun ibu menyusui. Jangan tunda lagi, bebaskan diri Anda dan keluarga dari gangguan lambung dan pencernaan sekarang juga. Segera dapatkan obat ini di apotik-apotik terdekat di kota Anda.










The Best Quality Product From PT. Ismut Fitomedika Indonesia



Referensi Jurnal:
Sarkar A, et al. 2016. Curcumin as a potential therapeutic candidate for Helicobacter pylori associated diseases. World Journal of Gastroenterology 2016 March 7; 22 (9).