Salah satu tanaman tradisional yang sering digunakan sebagai obat adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Temulawak sudah dibuktikan manfaatnya dalam pengobatan berbagai penyakit, termasuk diantaranya adalah penyakit gangguan pencernaan dan ulkus peptikum atau yang dikenal dengan istilah tukak lambung. Tukak terjadi ketika asam lambung menggerogoti lapisan dalam saluran pencernaan dimana terjadi kerusakan dari mukosa lambung yang diikuti oleh proses peradangan atau inflamasi. Penyebab umumnya adalah bakteri Helicobacter pylori dan justru pemberian penghilang rasa sakit atau analgetik antiinflamasi misalnya golongan aspirin. Gejala yang umum terjadi adalah rasa nyeri pada perut bagian atas.
Beberapa kandungan
yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang disebut kurkumin, protein,
pati dan minyak atsiri. Komponen senyawa aktif terpenting dalam temulawak yang
memberikan khasiat pengobatan adalah kurkumin dan minyak atsiri (terutama kandungan
flavonoidanya) yang bekerja dengan menghambat pelepasan mediator nyeri
prostaglandin pada enzim siklooksigenase (COX).
Kurkumin menghambat enzim siklooksigenase 2 (COX-2) yang khusus terdapat di sel yang mengalami inflamasi sehingga
mengurangi atau menghilangkan gejala dari inflamasi. Inflamasi ini merupakan
gejala dari berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah tukak lambung.
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kurkumin lebih unggul dibandingkan obat golongan analgetik
AINS/ NSAID (Analgetik Inflamasi Non-Steroid), karena aktivitas antiinflamasi
kurkumin bekerja secara spesifik dalam penghambatan COX-2. Obat golongan AINS
melakukan penghambatan tidak hanya pada COX-2 tetapi juga terhadap COX-1 sehingga
seringkali menimbulkan efek iritasi pada lambung, karena COX-1 ini terkait
dengan mekanisme perlindungan lambung sehingga jika dihambat maka akan memicu
kerusakan lambung.
Efek antiinflamasi kurkumin
didukung oleh aktivitasnya sebagai antioksidan karena adanya gugus fenolik.
Gugus fenolik akan memberikan proteksi terhadap sel-sel mukosa lambung dengan
cara mengikat oksidan berupa radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif
dan kematian sel.
Penelitian lain juga
memperlihatkan bahwa kurkumin mampu memperbaiki kerusakan sel epitel mukus pada
mukosa lambung yang rusak akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori. Kurkumin bekerja melapisi dan meregenerasi
kembali sel-sel dinding lambung yang mengalami tukak tersebut.
Dari pembahasan di atas sudah jelas bahwa temulawak dengan kurkumin sebagai senyawa utamanya memiliki efek perbaikan lambung lebih baik dibandingkan golongan obat AINS sehingga sangat layak dijadikan sebagai terapi dan pengobatan pada semua gangguan lambung.
Referensi:
Katzung BG. 1998. Farmakologi Dasar dan Terapi. Jakarta: EGC; 305-320.
Indraswari, I. dkk. 2004. Pengaruh Pemberian Temulawak Pada Lambung Tikus yang Mengalami Ulkus Peptikum Akibat Induksi Indometasin. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XX, No.2, Agustus 2004.
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., And Buxton, I. 2008. Goodman & Gilman’s Manual Of Pharmacology And Therapeutics. Use: The Mcgraw-Hill Companies, Inc.
Repetto, MG., Ilesuy, SF., 2002, Antioxidant Properties of Natural Compounds Used in Popular Medicine for Gastric Ulcer. Biaz J Med Biol Res 35 (5): 523-34.
Sarkar A, et al.
2016. Curcumin as a potential therapeutic
candidate for Helicobacter pylori associated diseases. World Journal of
Gastroenterology 2016 March 7; 22 (9).