Jumat, 03 September 2021

Kurkumin lebih unggul mengobati tukak lambung dibandingkan Obat golongan AINS

Salah satu tanaman tradisional yang sering digunakan sebagai obat adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Temulawak sudah dibuktikan manfaatnya dalam pengobatan berbagai penyakit, termasuk diantaranya adalah penyakit gangguan pencernaan dan ulkus peptikum atau yang dikenal dengan istilah tukak lambung. Tukak terjadi ketika asam lambung menggerogoti lapisan dalam saluran pencernaan dimana terjadi kerusakan dari mukosa lambung yang diikuti oleh proses peradangan atau inflamasi. Penyebab umumnya adalah bakteri Helicobacter pylori dan justru pemberian penghilang rasa sakit atau analgetik antiinflamasi misalnya golongan aspirin. Gejala yang umum terjadi adalah rasa nyeri pada perut bagian atas.

Beberapa kandungan yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang disebut kurkumin, protein, pati dan minyak atsiri. Komponen senyawa aktif terpenting dalam temulawak yang memberikan khasiat pengobatan adalah kurkumin dan minyak atsiri (terutama kandungan flavonoidanya) yang bekerja dengan menghambat pelepasan mediator nyeri prostaglandin pada enzim siklooksigenase (COX).

Kurkumin menghambat enzim siklooksigenase 2 (COX-2) yang khusus terdapat di sel yang mengalami inflamasi sehingga mengurangi atau menghilangkan gejala dari inflamasi. Inflamasi ini merupakan gejala dari berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah tukak lambung.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kurkumin lebih unggul dibandingkan obat golongan analgetik AINS/ NSAID (Analgetik Inflamasi Non-Steroid), karena aktivitas antiinflamasi kurkumin bekerja secara spesifik dalam penghambatan COX-2. Obat golongan AINS melakukan penghambatan tidak hanya pada COX-2 tetapi juga terhadap COX-1 sehingga seringkali menimbulkan efek iritasi pada lambung, karena COX-1 ini terkait dengan mekanisme perlindungan lambung sehingga jika dihambat maka akan memicu kerusakan lambung.

Efek antiinflamasi kurkumin didukung oleh aktivitasnya sebagai antioksidan karena adanya gugus fenolik. Gugus fenolik akan memberikan proteksi terhadap sel-sel mukosa lambung dengan cara mengikat oksidan berupa radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif dan kematian sel.

Penelitian lain juga memperlihatkan bahwa kurkumin mampu memperbaiki kerusakan sel epitel mukus pada mukosa lambung yang rusak akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori. Kurkumin bekerja melapisi dan meregenerasi kembali sel-sel dinding lambung yang mengalami tukak tersebut.

Dari pembahasan di atas sudah jelas bahwa temulawak dengan kurkumin sebagai senyawa utamanya memiliki efek perbaikan lambung lebih baik dibandingkan golongan obat AINS sehingga sangat layak dijadikan sebagai terapi dan pengobatan pada semua gangguan lambung.



Referensi:

Katzung BG. 1998. Farmakologi Dasar dan Terapi. Jakarta: EGC; 305-320.

Indraswari, I. dkk. 2004. Pengaruh Pemberian Temulawak Pada Lambung Tikus yang Mengalami Ulkus Peptikum Akibat Induksi Indometasin. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XX, No.2, Agustus 2004.

Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., And Buxton, I. 2008. Goodman & Gilman’s Manual Of Pharmacology And Therapeutics. Use: The Mcgraw-Hill Companies, Inc. 

Repetto, MG., Ilesuy, SF., 2002, Antioxidant Properties of Natural Compounds Used in Popular Medicine for Gastric Ulcer. Biaz J Med Biol Res 35 (5): 523-34.

Sarkar A, et al. 2016. Curcumin as a potential therapeutic candidate for Helicobacter pylori associated diseases. World Journal of Gastroenterology 2016 March 7; 22 (9).

Jumat, 08 Januari 2021

SUPLEMEN PROTEIN ‘TIDAK AMAN’ DIBERIKAN PADA ORANG DENGAN GANGGUAN GINJAL DAN HATI, MITOS ATAU FAKTA ?

Anda mungkin pernah mendengar desas-desus tentang efek samping suplemen protein terhadap ginjal dan hati. Ada anggapan bahwa suplemen protein dapat merusak kedua organ tersebut. Apakah hal tersebut benar adanya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.

Suplemen protein menjadi salah satu pilihan untuk membantu mencukupi kebutuhan protein tubuh sehari-hari selain karena praktis, mengonsumsi suplemen protein juga memberikan beberapa manfaat yang baik bagi tubuh. Mulai dari untuk menurunkan kolesterol, mempertahankan berat badan ideal, mengurangi tekanan darah, meregenerasi kerusakan sel-sel di dalam tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, hingga meningkatkan respons kekebalan tubuh anak-anak, dewasa hingga lansia.

 

Namun di balik itu, diet tinggi protein dapat menjulangkan kadar pengeluaran kreatinin dan ureum dari tubuh sehingga teori ini menjadikan adanya kekhawatiran bagi orang-orang yang sudah memiliki gangguan ginjal kronis untuk mengonsumsi protein karena takut terjadi peningkatan keparahan penyakit yang diidapnya. Teori ini faktanya tidak sepenuhnya benar karena hingga saat ini, belum ada bukti bahwa terdapat efek samping suplemen protein terhadap ginjal dan hati. Bahkan organ hati kita membutuhkan protein untuk memperbaiki dirinya dan mengubah lemak menjadi lipoprotein. Meski begitu, pengidap sirosis hati tetap perlu lebih berhati-hati. Pasalnya, penderita sirosis memiliki hati yang tidak berfungsi baik, sehingga konsumsi protein berlebih dapat meningkatkan kadar amonia dalam darah. Hal ini kemudian bisa merusak otak.

 

Kebutuhan protein pada orang dewasa bervariasi berdasarkan pada status nutrisi, keadaan penyakit dan kondisi klinis. Kebutuhan protein diekspresikan sebagai gram per kilogram berat badan. Metabolisme protein tergantung pada fungsi ginjal dan hati; sehingga kebutuhan akan berubah selama kondisi penyakit yang mempengaruhi kedua sistem organ ini. Kebutuhan harian protein yang direkomendasikan adalah 0,8 – 1 gram/kg berat badan. Pada kasus gagal ginjal tanpa cuci darah kebutuhannya adalah 0,6 – 1 gram/kg berat badan, sedangkan kasus gagal ginjal yang sudah pada tahap cuci darah (dialisis) kebutuhan harian proteinnya meningkat menjadi 1,2 – 2,7 gram/kg berat badan. Sementara untuk kasus kegagalan hepatik (gagal hati) parah dibutuhkan protein sekitar 0,5 – 1,5 gram/kg berat badan setiap harinya.

Kelebihan protein disimpan sebagai protein visceral (visceral protein) dan somatik (somatic protein). Cadangan protein visceral meliputi protein plasma, hemoglobin, beberapa komponen pembekuan, hormon dan antibodi. Antibodi inilah yang menjadi kunci utama dalam sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Cadangan protein somatik meliputi cadangan pada otot rangka dan polos. Cadangan protein sangat esensial untuk berbagai fungsi fisiologis dasar sehingga berkurangnya cadangan protein berakibat pada berkurangnya fungsi tubuh yang esensial.

Perlu diketahui, selama ini pembatasan asupan protein pada penderita gagal ginjal adalah untuk mencegah terjadinya hiperfosfatemia (kelebihan fosfat dalam darah). Ginjal normal mampu membuang kelebihan fosfat dalam darah sehingga hiperfosfatemia jarang terjadi. Namun pada orang dengan gangguan ginjal, kemampuan membuang kelebihan fosfat dalam darah menurun sehingga resiko hiperfosfatemia meningkat. Pada dialisis, asupan protein seharusnya tidak dibatasi meskipun akan menyebabkan asupan posfor yang lebih tinggi, karena resiko malnutirisi protein, mortalitas, penurunan fungsi fisik hingga kematian tentu saja melebihi resiko hiperfosfatemia.

Pasien dialisis membutuhkan protein lebih banyak dibandingkan kebutuhan orang dewasa normal karena mereka akan kehilangan protein selama dialisis dan karena gangguan ginjal akan menghalangi kemampuan tubuh untuk menggunakan dan memproses asam amino. Beberapa penelitian melaporkan sekitar 1 – 2 gram protein hilang melalui dialisat dengan konvensional hemodialiser. Dapat lebih tinggi pada high-flux dialyzer. Kehilangan asam amino melalui hemodialisat sekitar 6 – 12 gram setiap perlakuan. Pasien dialisis yang tidak mendapatkan cukup protein akan meningkatkan resiko PEM (Protein-Energy Malnutrition), sehingga meningkatkan resiko kematian dan menurunkan fungsi fisik dan kualitas hidup mereka.

Umumnya, suplemen protein saat ini berbentuk bubuk yang berasal dari tumbuhan (nabati) seperti kedelai, beras, kentang, kacang polong  dan dari sumber hewani seperti telur, daging unggas, daging sapi, ikan dan susu (kasein atau whey protein). Bubuk protein biasanya juga memiliki kandungan lain, seperti gula tambahan, penambah rasa buatan, pengental, vitamin dan mineral, sehingga suplemen tersebut kandungan proteinnya sudah tidak murni lagi karena diberikan zat-zat lain selama masa pembuatannya. Hal lain yang juga banyak ditemui, konsumsi suplemen protein bisa menimbulkan alergi. Karena whey protein berasal dari susu sapi, orang yang alergi susu sapi dapat mengalami alergi jika mengonsumsi suplemen ini. Selain itu, jika Anda mengonsumsi whey protein tanpa menyeimbangkannya dengan sayur buah, maka bisa memicu konstipasi dan masalah pencernaan.

 

Dari semua sumber protein yang paling aman dikonsumsi sebenarnya adalah yang berasal dari sumber ikan, karena ikan memiliki berat molekul paling ringan dari semua sumber protein sehingga proses penyerapannya akan lebih cepat di dalam tubuh. Salah satu jenis ikan yang mengandung kadar protein tinggi adalah ikan toman atau Channa micropeltes. Ikan ini masih satu suku dengan ikan gabus yaitu sama-sama dari suku Channadinae. Ikan yang tergolong suku Channadinae memiliki kadar protein, albumin dan nutrisi lain yang cukup lengkap. Ikan toman utamanya, jenis ini terbukti memilki kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan jenis ikan suku Channadinae lainnya. Kandungan protein kompleks di dalam ikan toman jika diolah dan diekstraksi dengan metode freeze dryer (suatu teknologi terbaru untuk memaksimalkan nutrisi di dalam suatu ekstrak agar tidak rusak dan menurun kualitasnya)  akan memberikan manfaat protein yang luar biasa bagi tubuh. Hasil ekstraksi metode ini akan menghasilkan ekstrak yang akan dengan mudah dan cepat terserap di dalam tubuh karena sudah dalam bentuk partikel nano, sehingga sangat aman dikonsumsi oleh orang dengan gagal ginjal maupun kegagalan fungsi hati. Ikan jenis ini juga sangat jarang dilaporkan menimbulkan alergi.

 

Jadi sudah jelas ya bahwa suplemen protein itu aman kok dikonsumsi oleh siapapun bahkan oleh penderita gagal ginjal maupun gangguan fungsi hati, dengan catatan protein tersebut harus diolah dengan cara yang benar, melalui proses ekstraksi tanpa pemanasan karena sifat protein itu mudah rusak dan terurai oleh suhu yang tinggi, jika sudah begitu maka protein akan menurun kualitasnya dan tidak bisa memberikan fungsi yang maksimal bagi tubuh. Sebaiknya suplemen protein yang dikonsumsi juga sudah berpartikel sangat halus sehingga tubuh bisa menyerapnya dengan mudah tanpa membebani kerja organ-organ bermasalah. Dan terakhir yang juga tidak kalah penting adalah sebaiknya suplemen protein yang kita konsumsi terjamin kemurniannya atau tanpa campuran bahan tambahan lain dalam proses pengolahannya sehingga tidak akan ditemui efek samping merugikan seperti alergi yang mungkin berasal dari bahan-bahan tambahan tersebut.

 



Produk suplemen protein kompleks dengan kandungan 100 % Ekstrak Ikan Toman (Channa micropeltes)

 

 

Referensi:

 

 Raylene M Rospond, 2008. Terj. Benediktus Yohan, D. Lyrawati, 2009. Penilaian Status Nutrisi.

 

Firlianty et al. 2013. Chemical Composition and Amino Acid Profile of Channidae Collected from             Central Kalimantan Indonesia. Brawijaya University Malang East Java. IEESE International Journal of Science and Technology (IJSTE), Vol. 2 No. 4, December 2013, 25-29.

Rabu, 06 Januari 2021

 

KATA SIAPA MAAG TIDAK BISA DISEMBUHKAN SECARA TUNTAS ?

SUDAH KONSUMSI BANYAK OBAT LAMBUNG NAMUN MAAG KEMBALI KAMBUH ?

SIMAK PENJELASANNYA BERIKUT INI

 

Gastritis atau yang dikenal dengan istilah maag adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti  teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Keluhan gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita gastritis kronis selama bertahun-tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan gastritis tersebut. Berbagai obat-obatan penekan asam lambung sudah pernah dikonsumsi namun keluhan selalu datang silih berganti hingga menimbulkan gangguan psikologi berupa stres. Stres ini malah justru menambah berat gastritis penderita yang sudah ada. Sekali mengalami gastritis, maka penyakit ini bisa menyerang kembali kapan saja dan dimana saja. Obat-obatan yang dikonsumsi selama ini hanyalah menjadi semacam ‘penyelamat sementara’ ketika penyakit ini kambuh.

Kini telah hadir Fibrolivit; suatu formula obat herbal dahsyat yang mampu mengatasi semua masalah lambung dengan tuntas. Fibrolivit mengandung ekstrak rimpang temulawak dan daun paliasa yang telah terbukti secara ilmiah mampu memperbaiki kerusakan sel-sel mukosa lambung dan menghilangkan nyeri. Perbaikan kerusakan mukosa lambung secara menyeluruh inilah yang menjadi jaminan keampuhan obat ini. Tidak hanya menekan produksi asam lambung seperti obat-obatan maag yang lain, Fibrolivit mampu mengembalikan ketahanan dinding lambung dan menormalkan fungsi mukosa lambung dengan cara meremodelling atau meregenerasi kembali sel-sel mukosa lambung.  Fibrolivit juga bekerja sebagai anti inflamasi dan anti depresan, bahkan penderita maag sudah langsung dapat merasakan khasiatnya dengan rasa nyeri yang hilang kurang dari 15 menit begitu obat ini dikonsumsi pertama kali. Fibrolivit berani memberikan jaminan bukti nyata dan garansi terbebasnya Anda dari gangguan lambung dengan tuntas, bukan sekedar janji. Hanya dengan konsumsi rutin selama 3 hingga 4 minggu dosis 3 X sehari 2 kapsul,  Anda akan terbebas selamanya dari maag, GERD dan gangguan lambung lainnya. Tak perlu khawatir, Fibrolivit ini sangat aman dikonsumsi segala usia dan kondisi, mulai dari anak-anak, dewasa hingga lansia, ibu hamil maupun ibu menyusui. Jangan tunda lagi, bebaskan diri Anda dan keluarga dari gangguan lambung dan pencernaan sekarang juga. Segera dapatkan obat ini di apotik-apotik terdekat di kota Anda.










The Best Quality Product From PT. Ismut Fitomedika Indonesia



Referensi Jurnal:
Sarkar A, et al. 2016. Curcumin as a potential therapeutic candidate for Helicobacter pylori associated diseases. World Journal of Gastroenterology 2016 March 7; 22 (9).



Kamis, 24 Oktober 2019

BROMELAIN DAN HABBATUSSAUDA SEMBUHKAN SINUSITIS TANPA OPERASI


Sinusitis merupakan peradangan pada saluran rongga tengkorak yang menghubungkan hidung dengan rongga mata. Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan berisi cairan, maka kuman, bakteri, virus dan jamur dapat berkembang dan menyebabkan infeksi. Salah satu indikasi seseorang terserang penyakit sinusitis bisa ditandai dengan adanya keluhan terus menerus pada bagian tenggorokan, hidung tersumbat dan sakit kepala yang terus menerus. Selain itu sinusitis juga di tandai dengan adanya perubahan warna ingus yang cenderung berwarna kuning dan hijau yang mengindikasikan bahwa virus atau bakteri telah berkembang biak.
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar dan jangkitan  bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan atau ambeien (gangguan  prostat) bagi laki-laki.
Secara klinis, sinusitis dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
1.       Sinusitis akut. Sinusitis jenis ini biasanya berlangsung selama 4 minggu atau kurang.
2.       Sinusitis subakut. Sinusitis jenis ini biasanya berlangsung selama 4 sampai 8 minggu.
3.       Sinusitis kronis. Sinusitis jenis ini dapat berlangsung hingga 8 minggu lebih. Biasanya timbul akibat dari sinusitis akut yang tidak ditangani dengan baik atau karena polip hidung.
4.       Sinusitis kambuhan. Sinusitis jenis ini dapat berlangsung lama dan dapat terjadi berulang kali dalam setahun. Lebih sering disebabkan karena alergi.
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak direspon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa. Jika terapi obat tidak lagi efektif untuk meredakan gejala sinusitis kronis akibat deviasi septum hidung atau polip, langkah pembedahan yang disebut prosedur bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF) biasanya diambil. Prosedur ini dilakukan untuk membuka atau melebarkan sinus dengan cara mengangkat jaringan misalnya polip hidung yang menyumbat saluran sinus dan memompa balon kecil untuk membuka saluran sinus yang tersumbat atau dikenal sebagai dilatasi kateter balon. Selanjutnya, dokter akan memasukkan implant untuk menjaga sinus tetap terbuka dan menambahkan kortikosteroid yang diarahkan ke dinding sinus. Prosedur BESF dilakukan di bawah pengaruh bius total dan menggunakan alat endoskopi, yaitu selang kecil elastis yang dilengkapi dengan kamera di bagian ujungnya.
Kebanyakan penderita sinusitis memang diobati dengan cara operasi dan seringkali hal ini tidak efektif. Oleh karena itu banyak dilakukan penelitian untuk mencari tanaman obat tradisional sebagai alternatif lain yang dapat dijadikan solusi untuk mengatasi sinusitis, dan salah satunya adalah nanas. Nanas termasuk buah yang disukai banyak orang. Namun tak sedikit yang menghindarinya karena rasa gatal yang muncul pada lidah setelah mengonsumsi nanas. Rasa gatal itu muncul karena adanya enzim bromelain pada nanas yang terdiri dari beberapa endopeptidase dan senyawa seperti fosfatase, glusidase, peroksidase, selulase, escharase dan protease inhibitor. Bromelain adalah enzim protease yang membantu proses pencernaan protein. Kendati demikian, bromelain pada nanas juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Peneliti dari Universitas Cologne di Jerman menemukan bahwa enzim bromelain sangat bermanfaat untuk mencegah dan mengobati infeksi sinusitis. Bromelain ini dapat membantu meringankan gejala sinus dan terbukti mampu mengurangi produksi lendir akibat sinusitis. Bromelain mengandung sifat anti radang yang membantu mengurangi inflamasi (peradangan) dan pembengkakan di saluran hidung. Hal ini berdasarkan artikel yang dipublikasikan dalam Cellular and Molecular Life Sciences edisi Agustus 2001. Bromelain juga terbukti pada penelitian dapat mengurangi perdarahan pada pasien dengan rinosinusitis kronis. Bromelain berfungsi sebagai antitrombotik, anti edema dan memiliki aktifitas fibrinolitik. Bromelain mengurangi reaksi alergi sebagai salah satu pencetus terjadinya sinusitis, sehingga juga berfungai sebagai anti alergi dan anti histamin.
Saat ini telah ada obat sinusitis dengan kandungan enzim bromelain. Obat ini bernama paten Strovit. Strovit mengandung ekstrak bromelain yang diambil dari batang buah nenas dan dikombinasi dengan ekstrak jintan hitam yang terkenal dengan sebutan Habbatussauda. Habbatusssauda mengandung senyawa thymoquinone dan nigellon yang berfungsi sebagai antioksidan, anti histamin, anti inflamasi dan antibiotik alami yang dapat membunuh bakteri penyebab sinusitis. Kombinasi dua ekstrak ini bekerja sinergis melawan sinusitis dengan tuntas baik itu yang akut bahkan yang sudah kronis sekalipun, sinusitis dijamin tidak akan pernah kambuh kembali dengan konsumsi obat ini secara teratur. Jadi tunggu apa lagi, dapatkan segera obat ini di apotik-apotik terdekat di kota Anda dan ucapkan selamat tinggal pada sinusitis.

INFORMASI PRODUK

POM TR183311891 



Komposisi:
Tiap Kapsul mengandung
Ekstrak Ananas comosus fructus (Batang buah) 200 mg
Ekstrak Nigella sativa semen 300 mg


Bentuk Sediaan:
5 Blister @ 10 Kapsul
@ 500 mg
HNA Rp 350.000


Cara Pemakaian:
3 kali sehari 1-2  kapsul


Indikasi:
Sinusitis
 
REFERENSI

1.     Efiaty Arsyad. 2009 “Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengorok Kepala dan Leher”, Hendra, FK UI Jakarta.
2. Ah-See, KW. 2007. Sinusitis and Its Management. British Medical Journal, 334(7589), pp. 358-361.
3.   J.M Braun, et al. 2004. Therapeutic Use, Efficiency and Safety of the Proteolytic Pineapple Enzyme Bromelain-POS® in Children with Acute Sinusitis in Germany. Institute of Naturopathy, University of Cologne, Robert-Koch-Str. 10, 50931 Cologne, Germany.
4.  D. Passali, et al. 2018. Bromelain’s penetration into the blood and sinonasal mucosa in patients with chronic rhinosinusitis. ACTA OTORHINOLARYNGOLOGICA ITALICA 2018;38: 225-228.

Kamis, 02 Agustus 2018

GLULIPED: The Best Solution Against Diabetes



Salah satu diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang adalah DIABETES. Istilah diabetes melitus dipergunakan untuk menggambarkan adanya kencing yang terasa manis yang merupakan tanda khas penyakit ini. Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitatos karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan pada tubuhnya seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun. Perubahan pola penyakit itu diduga ada hubungannya dengan  cara hidup yang berubah. Pola makan di kota-kota telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak vitamin dan serat dari sayuran ke pola makan kebarat-baratan dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung lemak, gula, garam, namun sedikit serat.
Klasifikasi diabetes melitus yang dianjurkan adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes melitus WHO 1985. Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa tipe yaitu:
  1. Diabetes mellitus tipe I (Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)); tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan oleh keturunan.
  2. Diabetes mellitus tipe II (Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)); terbagi dua yaitu: Non obesitas dan Obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko yang penting untuk timbulnya diabetes. Obesitas disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel β pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
  3. Diabetes melitus tipe lain 

a)       Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/ zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
b)      Gestasional (diabetes kehamilan) adalah diabetes yang timbul selama kehamilan.  Intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.        


Kerja Insulin dan Glukagon

Pada DM Tipe II, terjadi penurunan sekresi insulin oleh hormon inkretin. Inkretin adalah hormon alami tubuh yang bertugas untuk memberi signal agar insulin dilepaskan setelah makan. Ada 2 jenis hormon inkretin yaitu GLP-1 (Glucagon Like Peptide) dan GIP (Glucose Dependent Insulinotropic Polypeptide/ Gastric Inhibitory Polypeptide). Kedua hormon tersebut dipecah oleh enzim yang bernama DPP-IV (Dypeptil Peptidase-IV). Jadi untuk meningkatkan kadar insulin maka otomatis diperlukan penghambatan terhadap enzim DPP-IV sehingga kadar glukagon menurun dan kadar gula darah menjadi normal. Penghambatan pada enzim DPP-IV dapat mencegah inaktifasi GLP-1 dan GIP di sirkulasi darah, sehingga GIP dan GPL-1 akan bereaksi dengan sel β pakreas untuk meningkatkan biosintesis dan sekresi insulin. Jadi, penghambatan terhadap enzim DPP-IV meningkatkan sekresi insulin pada penderita DM dengan cara menghambat degradasi hormon inkretin dan memelihara fungsi pankreas.
 
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl):


BUKAN DM
BELUM PASTI DM
DM
Kadar Glukosa Darah Sewaktu



Plasma Vena
< 100
100 – 200
> 200
Darah Kapiler
< 80
80 – 200
> 200
Kadar Glukosa Darah



Plasma Vena
< 110
110 – 120
> 126
Darah Kapiler
< 90
90 – 100
> 100

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan sebagai individu yang mengalirkan volume urin yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin. Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia; suatu kadar gula darah yang tingginya sudah membahayakan. Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf dan lain-lain. Fakta menunjukkan bahwa di seluruh dunia setiap 30 detik, ada 1 kaki yang dipotong (amputasi) akibat penyakit diabetes dan dalam 1 tahun lebih dari 1 juta amputasi terpaksa dilakukan.

Komplikasi diabetes

 Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus sudah mencakup sekitar 197 juta jiwa dengan angka kematian sekitar 3,2 juta orang. WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi sekitar 366 juta orang pada tahun 2030. Penyumbang besar pada peningkatan angka tadi adalah dari negara-negara berkembang dengan kenaikan penderita diabetes mellitus 150 %. WHO menyatakan penderita diabetes mellitus di Indonesia adalah 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Tingginya angka kematian tersebut menjadikan Indonesia menduduki ranking ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina (Data Depkes RI, 2004). Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Hal yang mengejutkan adalah biaya pengeluaran untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes dilaporkan mencapai ratusan juta dolar per tahunnya di seluruh dunia. Sayangnya banyaknya biaya tidak memberikan timbal balik yang diharapkan berupa kesembuhan ‘tuntas’ bagi pasien diabetes. Biaya pengobatan yang besar dikarenakan penderita diabetes divonis harus mengkonsumsi obat terus-menerus seumur hidupnya demi untuk ‘bertahan hidup’ atau untuk sekedar ‘mengurangi’ gejala yang ditimbulkan akibat diabetes. Konsumsi obat-obatan kimia terus-menerus tentu saja memberikan dampak efek samping negatif bagi tubuh, alih-alih sembuh, pasien justru mengalami ketergantungan terhadap obat-obatan tersebut. Obat-obatan kimia tidak pernah betul-betul menyelesaikan masalah diabetes. Diabetes diklaim sebagai penyakit yang tidak bisa sembuh sehingga menjadi momok menakutkan bagi siapa saja yang telah didiagnosa  medis menderita penyakit ini. Kabar baiknya bahwa stigma ini akhirnya kini telah terpatahkan dengan hadirnya sebuah inovasi dalam dunia kesehatan berupa penemuan produk obat diabetes terbaru dengan nama paten Gluliped yang mengandung kombinasi tiga ekstrak herbal (Daun Insulin, Pete Cina dan Pulutan). Ketiga ekstrak tersebut telah terbukti melalui banyak jurnal penelitian sangat ampuh untuk mengatasi diabetes. Gluliped bekerja langsung pada akar masalah penyebab diabetes yaitu memperbaiki kembali kerja organ pankreas sebagai penghasil insulin dengan mengembalikan sensitifitas insulin.
Gluliped mengandung kombinasi tiga ekstrak herbal (Daun Insulin, Pete Cina dan Pulutan dengan perbandingan 50 : 40 : 10). Ketiga ekstrak tersebut terbukti melalui banyak jurnal penelitian sangat ampuh untuk mengatasi diabetes. Gluliped bekerja langsung pada akar masalah penyebab diabetes yaitu memperbaiki kembali kerja organ pankreas sebagai penghasil insulin dengan mengembalikan sensitifitas insulin. Berikut penjelasan dari masing-masing komposisi Gluliped:
 
Daun Insulin (Tithonia diversifolia)



Tanaman daun insulin memiliki nama ilmiah Tithonia diversifolia, dikenal juga dengan nama yacon. Tanaman ini berasal dari Meksiko. Nama lokal untuk tanaman ini yaitu rondo semoyo, kembang bulan, kayu paik, kipait dan harsaga. Sebagian masyarakat menyebutnya tanaman paitan karena tangan akan terasa pahit jika memegang daun tanaman ini. Tanaman ini jarang sekali dibudidayakan dengan sengaja melainkan hanya digunakan sebagai tanaman pagar. Tanaman ini juga banyak tumbuh liar di pinggir sungai atau pekarangan. Tanaman ini masih merupakan keluarga bunga matahari yang tumbuh di tempat hangat dengan ketinggian hingga 3200 meter, memiliki ciri berdaun menjari, batang berkayu dengan tinggi 1 meter dan memiliki bunga berwarna kuning menyerupai bunga matahari. Kebanyakan orang menanam daun insulin di halaman rumah merupakan keluarga penderita diabetes. Di luar negri tanaman ini populer dengan sebutan Mexican Sunflower dan biasa digunakan sebagai antidiabetes dan anti virus oleh masyarakat Taiwan. Tanaman daun insulin memiliki berat rata-rata 500 gram. Di Indonesia sendiri tanaman ini belum cukup banyak dikenal orang, baru dikenal di negara kita sekitar 2 – 3 tahun yang lalu. Tanaman daun insulin banyak di budidayakan di daerah dataran tinggi salah satunya Wonosobo. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah berkisar antara 24-30º C. Tanaman daun insulin dapat hidup di berbagai macam kondisi tanah, namun pada tanah dengan irigrasi yang baik tanaman ini dapat tumbuh dengan lebih baik. Pada kondisi pH yang asam sampai dengan basa lemah tanaman ini dapat tumbuh.
Daun yacon lebih dikenal sebagai daun insulin, karena daun yacon mengandung protein, karbohidrat dan lemak serta  mengandung gula-gula fruktosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat difermentasi oleh usus besar. Fruktosa adalah gula sederhana yang memberikan rasa manis, terdapat pada makanan alami seperti buah-buahan, madu, sayuran dan biji-bijian. Sumber utama fruktosa adalah sukrosa, yang merupakan derivat gula tebu dan gula bit. Menurut hasil penelitian konsumsi fruktosa yang terdapat dalam bahan alami tidak membahayakan kesehatan dan belum ada penelitian yang menunjukkan terjadi peningkatan berat badan yang signifikan pada individu yang mengonsumsi buah-buahan berlebihan. Daun tanaman yacon juga telah diketahui mengandung komponen phenol. Komponen ini seperti chlorogenic, caffeic dan feluric. Peningkatan sekresi insulin dan peningkatan sensitifitas reseptor insulin dapat memperbaiki sel β pankreas pada pasien diabetes mellitus. Daun insulin  juga mengandung protein, lipid, serat dan sakarida, catechone, terpenes dan flavonoid. Daun tersebut memiliki efek seperti insulin, yaitu menurunkan produksi glukosa di hepatosit.
Kandungan fructooligosacarida, flavonoid, smallanthaditerpenic acid, octadecatrienoic acid dan Smallanthaditepenic acid A, B, C, D dalam daun insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah. Fructooligosakarida yang terkandung dalam daun insulin mampu memodulasi sindrom metabolik dan dislipidemia dengan menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus. Kandungan phenol, chlorogenic, caffeonylquinic, ferulic yang merupakan antioksidan pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat memperbaiki sel β pankreas, karena antioksidan merupakan komponen aktif penting dalam regulasi metabolisme glukosa.
Phenolic dan Caffeonylquinic dalam ekstrak daun insulin memiliki efek dalam menghambat alfa glukosidase sedangkan chlorogenic dan derivatnya adalah salah satu antioksidan kompetitif inhibitor glukosa 6 phosphatase. Caffeonylquinic pada ekstrak daun yacon mengandung senyawa aktif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menghambat α glukosidase. Kandungan fructan yang tinggi pada daun insulin telah terbukti sebagai prebiotik yang menstimulasi pertumbuhan Bifidobacterium dimana dosis 3-10 gram/hari akan merangsang penurunan tekanan darah, efek positif dalam metabolisme lipid, proteksi sitem gastrointestinal, serta memiliki efek hipoglikemik.
Secara normal glukosa merupakan satu-satunya bahan makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina, gonad dan organ dalam tubuh lain untuk menyuplai sel, organ, jaringan tersebut secara optimal sesuai dengan energi yang dibutuhkan. Dalam sebuah studi  in vitro dilaporkan bahwa kandungan antioksidan daun insulin merupakan zat yang berguna untuk melawan radikal bebas serta Reactive Oxygen Species (ROS). Zat antioksidan yang terkandung dalam phenolic acid dan polyphenol memiliki kemampuan untuk menangkat radikal bebas dan menghambat reaksi oksidatif. Kandungan chlorogenic acid serta  tryptophan merupakan contoh kandungan dalam daun insulin yang merupakan antioksidan.       
Sebagai kesimpulan peran daun insulin sebagai antidiabetes yaitu sebagai pemanis, meningkatkan sekresi insulin dan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menurunkan produksi gula di hepatosit, memodulasi sindrom metabolik dan dispilipidemia, sebagai antioksidan dan memperbaiki kerusakan pankreas.
Penelitian mengenai tanaman daun insulin ini memang belum banyak di lakukan di Indonesia. Beberapa penelitian dilakukan di luar negri seperti yang dilakukan oleh Toshihiro Miura dkk dari Departement of Clinical Nutrition, Suzuka University of Medical Science, Jepang pada tahun 2005. Riset ini dilakukan dengan memberikan ekstrak ethanol daun Tithonia pada tikus penderita Diabetes Mellitus 2 yang memiliki berat badan 20 – 25 gram. Konsentrasi larutan yang digunakan yaitu 100 mg/kg, 500 mg/kg, dan 1.500 mg/kg berat badan. Sebagai kontrol digunakan tikus yang diberi air destilasi 20 ml/kg. Kadar gula darah dalam tubuh tikus diukur setiap minggu. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar gula darah tikus yang diberi ekstrak etanol Tithonia mengalami penurunan kadar gula darah secara signifikan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol semakin tinggi pula penuruanan kadar gula darah. Pada konsentrasi ekstrak etanol 1.500 mg/kg mampu menurunkan kadar gula darah tikus yang semula 509 ± 22 mg/dl menjadi 340 ± 14 mg/dl 7 jam pasca perlakuan. Sedangkan pada tikus kontrol kadar gula darahnya tetap.


Pete Cina (Leucaena leucocephala)


Petai Cina adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai Cina termasuk buah polong, berisi biji-biji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai Cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar dan pupuk hijau. Petai Cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Petai cina di Indonesia musnah setelah terserang hama wereng. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang.
Petai Cina atau petai selong atau Lamtoro adalah sejenis perdu dari suku polong-polongan, yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari Amerika tropis dan tumbuhan ini sudah ratusan tahun diperkenalkan ke Jawa untuk kepentingan pertanian dan kehutanan, kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di Indonesia. Petai Cina mudah beradaptasi dan dengan cepat tanaman ini menjadi liar di berbagai daerah tropis di Asia dan Afrika termasuk pula di Indonesia.
Petai Cina mengandung zat aktif seperti Flavonoid, galaktomannan, tannin, mineral seperti kalsium, fosfor dan besi, vitamin B1, vitamin C dan vitamin A. Ekstrak biji petai Cina terbukti dapat menurunkan glukosa darah dan terbukti berperan sebagai antioksidan. Biji petai Cina mengandung flavonoid, tannin dan galaktomannan dimana kandungan tersebut mempunyai efek untuk menurunkan kadar  gula  darah pada penderita DM dengan cara menghambat aktifitas alfa glukosidase dan alfa amilase yang berperan dalam absorpsi glukosa pada brush border usus.
Salah satu senyawa flavonoid pada biji petai cina adalah  isoflavon genistein dengan efek pada sel yaitu meningkatkan sekresi insulin basal dengan cara menghambat absoprsi glukosa pada brush border usus dan memiliki  efek menghambat aktifitas α-glukosidase yang berperan dalam absorpsi dan metabolisme dari karbohidrat. Flavonoid bersifat antioksidan yang dapat menghambat kerusakan sel β Langerhans di pankreas. Terapi antioksidan flavonoid ini diberikan pada fase intolerance karena bertujuan untuk menghambat dan mencegah kerusakan sel β yang lebih parah. Kandungan tannin dapat menginduksi dari regenerasi sel β pankreas dengan  menurunkan absorpsi dari glukosa. Galaktomannan merupakan suatu glikosida yang dapat mengurangi kadar gula pada urin penderita diabetes dengan menghidrolisis enzim amilase untuk memperlambat penyerapan gula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infus biji petai  Cina menurunkan kadar glukosa darah puasa pada mencit model  diabet. Dosis 0,03 gr/20 grBB merupakan dosis optimal dalam menurunkan glukosa darah puasa. Pada penelitian lain dilaporkan tentang efek antioksidan pada ekstrak biji petai Cina, dimana kenaikan kadar MDA plasma menunjukkan adanya peningkatan oksidasi lemak tidak jenuh yang banyak terdapat pada sel β pankreas, sehingga menyebabkan gangguan terhadap sekresi  insulin yang  kemudian  menyebabkan   hiperglikemik. Pemberian ekstrak biji petai cina dosis 0,25 g/kg, 0,5 g/kg dan 1 g/kg dapat meningkatkan kadar SOD sel darah merah. Peningkatan kadar SOD tertinggi terdapat pada dosis 1 g/kg. Peningkatan ini kemungkinan disebabkan karena efek antioksidannya. Seperti diketahui bahwa SOD merupakan  salah satu dari enzim antioksidan yang terutama dapat berperan dalam katalisis proses dekomposisi  oksigen reaktif.




Daun Pulutan (Urena lobata)
 


Tanaman pulutan adalah keluarga tanaman kapas-kapasan (malvaceae), berdiri tegak dengan ukuran tanaman sekitar  0,5 – 2,5 meter dan merupakan tanaman semak tahunan yang sering kita jumpai berada disekitar kita. Tanaman pulutan ini biasanya dapat dijumpai di tepi jalan, pekarangan rumah, tepi hutan dan tempat lainnya. Nama latin tanaman pulutan adalah Urena Lobata L. Sedangkan dalam bahasa Inggris nama lain dari tanaman pulutan ialah Caesarweed dan Congo Jute. Menurut sejarah asal usul tanaman pulutan berasal dari Asia atau Afrika. Persebaran tanaman pulutan ini didistribusikan dalam keadaan liar atau dinaturalisasi pada seluruh daerah tropis dan subtropis, termasuk Asia Tenggara, Afrika, Madagaskar, Brazil dan India. Tanaman pulutan ini dianggap berbahaya bagi kelangsungsungan tanaman lain karena sifatnya yang gulma dapat menginvasif agresif dan tumbuh cepat pada berbagai jenis tanah. Ciri-ciri fisik tanaman pulutan ini memiliki daun yang berbentuk hati dengan tepian daun yang tidak rata. Bunga tanaman pulutan ini muncul pada ketiak daun, berkelompok 2-3 bunga, berbentuk seperti lonceng berwarna merah muda dengan kelopak bulat telur dengan ukuran 1,5 cm. Tanaman pulutan ini memiliki rasa yang manis. Fungsi dan kegunaan tanaman pulutan mungkin bagi sebagian masyarakat di Indonesia dianggap sebagai tanaman liar dan digunakan sebagai pakan ternak. Namun yang tidak kita tahu ternyata tanaman pulutan ini dapat digunakan sebagai obat herbal.
Salah satu tanaman yang memiliki khasiat anti diabetes mellitus adalah Urena lobata. Ekstrak akar dan daun U. lobata telah digunakan secara tradisional oleh penduduk Nigeria untuk  pengobatan DM. Beberapa studi telah membuktikan potensi anti diabetes herbal pulutan, tetapi mekanisme kerjanya terhadap aktivitas Glucogen Like Peptide-1 (GLP-1) melalui penghambatan enzim DPP-4  belum pernah dilakukan penelitian. GLP-1  merupakan  salah  satu  hormon incretin yang ditujukan untuk terapi DM Type 2 tetapi hormon incretin segera dimetabolisme oleh enzim dipeptidyl peptidase 4 (DPP-4) menjadi bentuk inaktif. Dari hasil penelitian, didapatkan senyawa Mangiferin, Stigmasterol dan Sitosterol yang teridentifikasi dalam ekstrak air dan etanol daun pulutan memiliki aktivitas DPP-4 inhibitor yang lebih kuat dibandingkan senyawa lain yang teridentifikasi dalam ekstrak. Ekstrak air pulutan lebih kuat menurunkan kadar DPP-4 dan AUC glukosa darah serta meningkatkan kadar insulin dan GLP-1 dibandingkan ekstrak etanol. Dari hasil uji in silico, in vitro dan in vivo terbukti terdapat konsistensi pada ekstrak daun pulutan sebagai anti diabetes dengan penghambatan aktivitas DPP-4. Pulutan bertindak sebagai inhibitor protein Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-4 Inh) yang poten dan bekerja dengan cara memperbaiki fungsi sel beta pankreas (sel yang memproduksi insulin) dan sel alfa pankeras (yang memproduksi Glukagon) serta memperbaiki sensitivitas insulin.
 
INFORMASI PRODUK


POM TR: 173302601


Komposisi:
Tiap Kapsul (500 mg)
mengandung ekstrak:
Tithonia diversifolia folium 250 mg
Leucaena leucocephala semen 200 mg
Urena lobata folium 50 mg
Dosis:
3 X Sehari 1 – 2 Kapsul
Indikasi:
Secara tradisional digunakan untuk membantu meringankan gejala kencing manis.


REFERENSI



 1.          Sarwono Waspadji. 1996. Ilmu penyakit dalam. Balai penerbit FKUI: Jakarta.

 2.          Slamet Suyono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

3.        Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

4.        Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

5.        CIrianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung.

6.        Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 1998.  Konsensus  Pengelolaan  Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta.

7.        Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011.   Konsensus  Pengelolaan  dan  Pencegahan Diabetes Melitus    Tipe 2 di Indonesia Tahun 2011. Dilansir dari http://www.perkeni.net.

8.    Mirura Toshihiro et al. 2005. Antidiabetic Effect of Nitobegiku, the Herb Tithonia diversifolia in KK-Ay Diabetic Mice. Departement of Clinical Nutrition, Suzuka. University of Medical Science, Jepang. Biol. Pharm. Bull. Vo. 28 No. 11.

9.       Thomas  ANS.  Tanaman  Obat  Tradisional.  In:  Biji  Petai  China.  Cetakan  ke  15, Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2007.

10.   Sumarny  R, Syamsudin,  Simanjuntak P.  2008. Efek  hipoglikemik  bioaktif  biji  petai  china dengan menggunakan metoda toleransi glukosa oral pada mencit. Universitas Pancasila.

11.   Syamsudin,  Darmono  Simanjuntak,  P.  2006.  The  effects  of  Leucaena  leucocephala (lmk)  De  Wit  seeds  on  blood  sugar  levels:  An  experiental  study.  Int  J  of  Science and Res 2 (1): 49-52.

12.    Sulistyowati E. Uji Aktivitas Antioksidan Biji Lamtoro (Leucaena Leucocephala) Secara In-Vitro. 2007. Universitas Yogyakarta.

13.    Silvita SD, dkk. 2007. Efek Pemberian Infusa Biji Petai (Leucaena lucocephala) dalam menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mencit Model Diabet. FK Universitas Islam Bandung.

14.    Nurhasanah Fatty, Syamsuddin. 2005. Efek Antioksidan dari Ekstrak Biji Petai Cina (Leucaena leucocephala L.) pada tikus putih. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol 3 No. 1.

15.   Purnomo Yudi. et al. 2015. Anti-diabetic potential of Urena lobata leaf extract through inhibition of dipeptidyl peptidase IV activity. School of Medicine Brawijaya University Malang. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine 5 (8).